Kamis, 18 Oktober 2012

Akhirnya Soundrenaline

Panggung utama Road To Soundrenaline di Makassar

Yak, walaupun hanya sebuah rangkaian 'road to', akhirnya saya berhasil menyaksikan salah satu konser impian saya: Soundrenaline. Saya sudah memimpikannya sejak SMA, sekitar tahun 2005 lalu. Saya kira, semua pecinta dan penikmat musik bagus di Indonesia juga berhasrat untuk hadir pada pagelaran musik populer terbesar yang telah dilaksanakan sejak tahun 2002 ini.

Soundrenaline tahun ini mengusung tema Rhythm Revival. Sebelum big bang puncak dilaksanakan di Jakarta November nanti, lebih dulu diadakan rangkaian 'road to' ke tiga kota: Palembang, Surabaya dan Makassar. Untuk Makassar, panitia menghadirkan enam unit rock untuk memuaskan rasa penasaran jamaah musik keras kota Makassar. Mereka adalah Koil, Deadsquad, Seringai, Netral, Andra and The Backbone dan Slank.

Koil yang menjadi band pembuka sempat kecewa karena manusia di arena konser belum seberapa. "Sabar saja. ada kalanya kita menjadi band pembuka dan ada kalanya kita menjadi band pembuka untuk selamanya." dengan nada sedikit bercanda, Otong sang vokalis melontarkan kalimat pembukanya, setelah membawakan sebuah lagu. Kepuasan dari penonton juga kurang maksimal karena suara Otong "agak serak-serak drama". Penampilan mereka ditutup setelah Otong sukses menghacurkan gitarnya di penghujung lagu Kenyataan Dalam Dunia Fantasi.
Setelah Koil, konser break sholat maghrib-isya.

Soundrenaline "baru benar-benar dimulai" setelah rehat sholat. Venue langsung terisi padat ketika Deadsquad terlihat di panggung. Moshing sudah terjadi saat "Pasukan Mati" diteriakkan. Saya pun mulai terpancing. Hasrat hati ingin bergabung di moshpit, apa daya tenaga tak sampai. Siang sebelum menuju ke tempat acara, energi sudah terporsir untuk bermain futsal bersama teman-teman. Deadsquad menutup penampilan mereka dengan "Manufaktur Replika Baptis".

Setelah itu, giliran Seringai yang menggempur Makassar. Band ini adalah alasan utama saya menghadiri Road To Soundrenaline Makassar. Setelah batal menonton mereka di Malang bulan Juni lalu, kali ini rasa rindu saya terobati. "Dilarang di Bandung" menjadi pembuka. Moshpit semakin memanas. Saya semakin menyesal karena kurang bertenaga untuk bergabung. Hanya singing-along dan jejingkrakan kecil yang bisa dilakukan. Lagu-lagu kesayangan pun sukses dibawakan. "Berhenti di 15", "Mengadili Persepsi", "Citra Natural" dan juga hits dari album Taring, "Tragedi. Tenaga benar-benar saya habiskan dibagian Seringai ini.

Setelah itu saya sudah kurang bersemangat. Walau venue semakin ramai, namun penampil berikutnya sudah tidak terlalu menarik perhatian saya. Netral, Andra and The Backbone lalu Slank berlalu begitu saja. Saya dan teman-teman sempat dipersilahkan masuk ke snake pit pada sesi Andra and The Backbone. Saya berdiri tepat dihadapan Andra sang gitaris. Lumayan lah buat ambil gambar :)

Road To Soundrenaline di Makassar ditutup oleh penampilan band yang paling banyak ditunggu, Slank. Tak kurang dari dua puluh lagu dibawakan untuk memuaskan hati para Slanker yang datang dari berbagai daerah pada event tersebut. Saya sendiri sudah kurang memperhatikan. Saya sudah berada di booth makanan untuk menunggu teman-teman yang lain. Mereka mendadak jadi Slanker malam itu dengan ikut berbasah-basahan ria.

Selesai sudah. Saya dan Asdi beranjak pulang dengan vespa. Walau helm sempat dicuri dan dalam perjalanan tali gas sang vespa terputus, hati kami tetap bahagia karena konser impian sejak SMA akhirnya terwujud.



Jumat, 05 Oktober 2012

Tanggung Jawab

Sederhana saja sebenarnya. Saya adalah tipe orang yang akan akan sangat sulit untuk berkonsentrasi apabila sudah diperhadapkan pada banyak permasalahan ataupun tanggung jawab.

Mungkin sudah menjadi takdir bagi seorang mahasiswa semester tujuh yang baru saja pulang KKN, ia akan dicecar pertanyaan yang akan selalu mendebarkan: Kapan Sarjana? Kalau sudah begitu, dunia kampus pun segera berubah menjadi tempat yang sangat menakutkan. Seakan-akan ada ribuan zombie yang siap mencekik apabila kita tak segera menemukan pintu keluar. Sungguh mengerikan.

Sudah sebulanan ini saya melihat pemandangan itu. Beberapa teman seangkatan mulai sibuk menenteng map besar nan tebal berisi berkas-berkas persiapan proposal skripsi. Dari langkah mereka, sungguh terlihat perasaan yang tidak santai lagi. Semua serba dipercepat. Seakan-akan mereka memiliki tenaga ekstra untuk terus berjalan. Semua itu demi satu tujuan: Sesegera mungkin keluar dari arus menakutkan tersebut alias lulus.

Sungguh sial, saya pun sempat tertular sindrom itu. Jujur saja, saya juga sempat panik melihat perubahan tersebut. Beberapa langkah persiapan yang tentu saja menguras tenaga dan waktu tersebut sudah sempat saya lakoni. Larut dalam perlombaan Mengejar-Wisuda-Secepat-Mungkin tanpa sadar bahwa ada beberapa tanggung jawab yang telah diambil dan tentu saja perlu untuk ditunaikan.

Dari situ saya tersadar. Seperti bangun dari mimpi buruk, saya segera mencuci muka lalu memantapkan hati untuk menepikan dulu segala tetek-bengek tugas akhir. Judul skripsi yang sudah terlanjur diterima saya endapkan sementara di map besar dan tebal yang juga sudah terlanjur terbeli. Ada hal besar dan tak kalah penting yang harus diselesaikan. Organisasi masih membutuhkan saya.

Tanggung jawab yang pertama dan tentu saja yang paling utama terdapat di LP2KI. Organisasi ini sudah menjadi semacam rumah bagi saya selama masa kuliah tiga tahun di Fakultas Hukum Unhas. Dan setahun belakangan ini saya dipercayakan untuk memimpin rumah ini. walau pada awalnya tanggung jawab ini saya terima dengan berat hati, tapi dalam perjalanan saya terus berusaha seikhlas mungkin mengemban kepercayaan tersebut. Dan itu semua akan selesai di bulan November nanti, pada Musyawarah Besar LP2KI.

Sementara itu, saya juga masih punya pekerjaan dari ILSA Unhas. Olehnya saya dipercayakan untuk memimpin persiapan sebuah seminar yang bekerjasama dengan perwakilan PBB di Indonesia. Seminar tentang ‘Refugees’ ini akan kami laksanakan pada 17 Oktober nanti. Saya menerima tanggung jawab ini karena suka dengan tema kegiatannya. Selain juga sebagai bentuk terimakasih kepada lembaga ini karena mengajarkan banyak hal dan mempertemukan saya dengan orang-orang baik di dalamnya.

Yang lainnya, saya juga sedang terlibat pada sebuah penelitian beberapa dosen. Berdua dengan Chua, kami membantu mengumpulkan beberapa data penelitian yang dibutuhkan. Tapi sepertinya tanggung jawab saya di sektor ini sudah rampung. Penelitian tersebut sudah masuk pada tahap penyelesaian. Tentu saja ini kabar melegakan.

Ya, begitulah. Semua yang telah dimulai sudah semestinya diakhiri bukan.