Rabu, 25 Januari 2012

Bulukumba Sekali Lagi

Untuk keperluan persiapan kegiatan bakti sosial, saya dan dua orang teman kembali berkunjung ke Bulukumba. Ini kali ketiga saya berkunjung ke daerah yang eksotis dengan kehidupan baharinya ini. Walau kunjungan kali ini bertajuk peninjauan lokasi bakti sosial, kesempatan untuk menikmati setiap sudut kabupaten ini tentu tidak boleh dilewatkan. Bahkan porsi waktunya lebih banyak dari tujuan utama tadi.

Di kampung halaman seorang senior, Kakanda Shawir, kami menumpang hidup selamua dua hari. Disana kami diajak berkunjung ke kebun durian dan rambutan milik keluarga yang berada tidak jauh dari rumahnya. Kami dibebaskan menikmati buah-buahan segar yang dipetik langsung dari pohonnya. Dimasakkan makanan lezat dengan sambal petai yang menjadi favorit baru saya. Juga melihat-lihat koleksi buku-buku agama milik sang ayah yang terlihat keren dengan kumis tebalnya itu. Saya sempat membaca sebuah buku yang memuat kumpulan tulisan tentang Islam dan pembaharuan.

Pagi hari di hari sebelum kembali ke Makassar, kami menyempatkan berkunjung ke Pantai Pasir Putih, Tanjung Bira. Pantai kali ini sangat ramai karena bertepatan dengan Tahun Baru Imlek. Tapi hal itu sama sekali tidak menghalangi niatan untuk bersenang-senang disana. Sudah saya katakan, pantai ini adalah pantai dengan pasir terbaik yang pernah saya datangi. Pasir putih halusnya ditambah dengan ombak yang hari itu berdebur kencang selalu memancing hasrat untuk berlama-lama bermain disana.

Di perjalanan pulang, kami menyempatkan singgah di Kabupaten Jeneponto untuk istirahat sejenak. Jalan lintas kebupaten sepanjang daerah ini memang menjengkelkan. Tapi daerah ini memiliki makanan khas yang patut dicoba. Semua makanan yang lazimnya berbahan daging sapi atau kambing akan berubah dan diganti dengan daging kuda. Kuda memang hewan khas daerah ini. Dan kali ini kami berkesempatan mencoba lezatnya bakso yang terbuat dari daging kuda.


Menyenangkan sekali perjalanan kali ini. Terimakasih yang sebesar-besarnya kali ini harus saya sematkan kepada Kanda Shawir dan keluarganya yang selalu hangat dan menyenangkan.

Selasa, 17 Januari 2012

Resolusi Konser 2012


Saya suka mendengar/menonton musik Indonesia... Ah, klise. Sudah sangat sering saya katakan itu. Tak usah dibahas lagi.

Salah satu keinginan saya di tahun 2012 ini adalah lebih banyak menonton konser band-band kesukaan. Ada banyak band/musisi keren (menurut saya) Indonesia yang belum saya datangi pertunjukan live-nya. Alasannya lebih kepada karena mereka belum sempat main di Makassar sih. Kalau saya yang mendangi konser mereka di Jawa kan berat di ongkos. Jadi untuk sementara bersabar saja dulu, sambil berharap ada promotor yang mau mengajak mereka main ke Makassar.

Ini dia daftar resolusi konser saya di tahun 2012:

Dialog Dini Hari

Mereka adalah trio supergrup dari kancah musik Bali. Personilnya datang dari band-band yang lebih dulu eksis di ranah musik pulau dewata tersebut. Dankie (Navicula), Michael Bronzio (eks The Hydrant) dan Putu Deny Surya Wibawa (Rokavatar). Bertiga mereka bersekongkol untuk memainkan musik yang tidak tersalurkan di band sebelumnya. Album pertama Beranda Taman Hati yang berasa folk-blues langsung membuat saya jatuh cinta sejak pertama mendengar. Dialog Dini Hari, tahun ini kita harus bertemu!

Sir Dandy

Tak perlulah saya menjelaskan lagi. Lesson #1, album perdana orang gila ini, hingga kini masih mampu membuat saya terus tertawa geli tiap kali mendengarkannya. Sir, tahun ini kita harus bertemu! Sikat Jon!

Melancholic Bitch

Mungkin harapan saya untuk menyaksikan band terbaik Jogja ini akan sangat tipis. Akhir Juli tahun lalu mereka telah mengumumkan akan 'rehat' hingga waktu yang belum ditentukan pada sebuah konser yang emosional. Masing-masing personil sedang sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Dalam doa sehabis sholat, saya sering meminta agar mereka segera berkumpul dan mengelar pertunjukan lagi. Tentu dengan harapan saya ada di tengah-tengah konser reuni tersebut. Amin. Om-om Melbi, tahun ini kita harus bertemu!

Jogja Hip-Hop Foundation

Baru kali ini saya benar-benar menyukai lagu hip-hop. Panji-panji Ngayogyakarta Hadiningrat. Merekalah yang telah berhasil membuat saya keracunan musik para rapper dengan lirik berbahasa jawanya itu. Ketika budaya lokal bertemu budaya global. Ketika beat hip-hop bercampur dengan syair tradisional jawa. Ketika batik matching dengan sneaker. Saat itulah anda siap digoyang oleh sekumpulan bernama Jogja Hip-Hop Foundation. Kang mas-kang mas, janji ya, tahun ini kita harus bertemu!

Armada Racun

Lagi-lagi band Jogja. Kota ini memang pencetak manusia-manusia dengan predikat musisi keren. Yang ini band beracun bernama Armada Racun. Mereka sudah menjadi racun bagi saya sejak pertama mendengar lagu Amerika. Belum lagi lagu-lagu lainnya di album Le Peste semacam Tuan Rumah Tanpa Tanah, Lalat Betina dan lainnya. Eh album mereka ini juga masuk dalam album terbaik tahun 2010 pilihan saya loh. Tapi sayang saat ini mereka juga sedang rehat. Dalam masa pengerjaan album sih dengar-dengar. Sungguh saya sudah sangat siap untuk diracun oleh kalian. Kakak-kakak Armada Racun, pokoknya tahun ini kita harus bertemu!

Bangkutaman
Salah satu penyesalan saya di tahun 2010 adalah tidak sempatnya saya menyaksikan pertunjukan live unit indie-pop ini pada saat mereka tampil di Makassar. Ada banyak alasan saya harus menyaksikan mereka. Tapi cukuplah dengan fakta bahwa album Ode Buat Kota milik mereka adalah album terbaik 2010 versi Rolling Stone Indonesia. Ah, mas-mas, main ke Makassar lagi dong. Saat itu saya berjanji untuk berada di barisan paling depan untuk menonton kalian. Oke ya, Bangkutaman, tahun ini kita harus bertemu!

The Adams
Sudah sejak SMA saya menyukai mereka. Lagu Konservatif yang menjadi soundtrack film Janji Joni penyebabnya. Belum lagi Halo Beni dan Hanya Kau. Tak usah banyak alasan. pokonya saya harus menonton pertunjukan live mereka. The Adams, tahun ini kita harus bertemu!

Luky Annash
Entah saya saja yang kurang tahu, tapi saya belum pernah mendengar seorang musisi memainkan piano seliar dibanding apa yang dilakukan oleh Luky Annash. Pada bagian lirik lagu juga sangat kuat. Album 180 Derajat yang rilis tahun 2011 adalah album perdana sekaligus perkenalan yang mantap saya rasa. Luky, tahun ini kita harus bertemu!

Raisa
Saat pertama mendengarkan solois ini lewat radio, saya langsung jatuh hati. Suara beratnya sungguh seksi menurut saya. Sekalinya melihat wujud aslinya di televisi, saya semakin jatuh hati. Musik Raisa yang memasukkan bermacam-macam unsur seperti pop, jazz dan balada sangat menarik. Sebenarnya ia juga sudah pernah tampil di Makasar. Tapi entah kemana saya waktu itu. Ayolah Raisa, jangan bikin aku serba salah dong. tahun ini kita harus bertemu!

Itu saja mungkin ya. Diaminin dong pemirsa!

Sabtu, 14 Januari 2012

Trequartista


Sepekan ini Francesco Totti benar-benar harus melepas egonya. Jika dulu ia dimanjakan oleh umpan-umpan yang lantas berbuah gol olehnya, sepekan ini harus berlaku sebaliknya. Ia kembali ke posisi yang pernah ia lakoni semasa AS Roma masih diasuh oleh alenatore  Fabio Capello: trequartista. Di dua pertandingan terakhir melawan Chievo di lanjutan liga Italia dan Fiorentina di Copa Italia, Totti harus kembali menjadi pelayan bagi sepasang ujung tombak muda di strategi 4-3-1-2. Posisi khusus untuk Sang Pangeran ini kembali diterapkan setelah taktik tiki-taka ala Barcelona yang didengung-dengungkan oleh Luis Enrique gagal total. AS Roma tak terbiasa dengan permainan cepat dengan sentuhan satu-dua itu. Karena memang AS Roma tak akan pernah menjadi Bacelona. AS Roma dengan Francesco Totti-nya adalah permainan yang pelan namun pasti. Pertahanan mantap. Umpan pendek dan jauh seimbang diperagakan. Sentral permainan ada pada sang trequartista yang rajin menyodorkan through pass kepada dua penyerang. Penyelesaian akhir maksimal. Inilah yang disebut permaianan efektif. Perpaduan antara catenacio dan kick and rush saya rasa. Kalau sudah begitu, siapa lagi yang membutuhkan taka-tiki ala Barcelona itu.

Hasilnya, sukses besar. Chievo dihajar 2-0. Kemenangan ini terasa istimewa karena sepasang gol yang tercipta tercatat atas nama Francesco Totti. Walaupun keduanya tercipta melalui proses penalti namun dua gol ini mengakhiri paceklik gol Sang Pangeran. Empat hari kemudian gantian Fiorentina yang merasakan sangarnya skema 4-3-1-2 ini. Kali ini lebih dahsyat lagi. Roma menang tiga gol tanpa balas berkat gol-gol dari dua serigala muda: Erik Lamela (dua gol) dan Fabio Borini. Lalu dimana peran Totti? pada pertandingan inilah Totti menjalankan tugasnya sebagai sang trequartista. Dialah yang menjadi kreator atas terciptanya sepasang gol dari Lamela. Di pertandingan ini juga Totti menunjukkan kedewasaannya. Ia tidak marah ketika Borini 'memaksakan' untuk mencetak gol sendiri padahal posisi sang kapten sangat terbuka untuk diberi sodoran.

Trequartista atau gelandang serang bukanlah peran baru bagi Totti. Saat Roma meraih scudetto edisi 2000-2001 Totti berperan sangat mantap sebagai pemain dibelakang dua ujung tombak yaitu Gabriel Batistuta dan Vicenzo Montella. Ketiga pemain inilah yang dijuluki sebagai tridente yang menjadi senjata Roma merajai Liga Italia saat itu.

Belakangan kesuksesan Roma yang memakai skema 4-3-1-2 dengan menjadikan seorang trequartista sebagai sentral permainannya ramai-ramai diikuti. Formasi yang diciptakan oleh Fabio Capello ini menjadi tren di kalangan klub-klub Liga Italia lainnya. AC Milan hadir dengan Andrea Pirlo-nya. di Juventus terkadang Alesandro Del Piero dipaksa menlakoni posisi tersebut. Dan Inter Milan mendapuk seorang Wesley Sneijder sebagai andalannya. Namun tak ada yang bisa menjalankan peran sebagai trequartista ini sebaik apa yang telah diperagakan oleh Totti. trequartista yang mampu menjadi penyodor umpan yang baik sekaligus menjadi pemecah kebuntuan ketika para penyerang utama mengalami penjagaan ketat. Ia mampu melaksanakan tugas tersebut dengan sangat baik bahkan diumurnya yang kini telah menginjak 35 tahun.

Teruslah begitu Jagoan!

Rabu, 11 Januari 2012

Lomba Review Berita Tempo.co

*Berhadiah Satu Bulan Magang di Tempo Institute

Demi meningkatkan mutu jurnalistik dan pemberitaan, Tempo Institute mengajak teman-teman (pelajar, mahasiswa, umum) untuk bersama memberi komentar atau review atas berita-berita yang dimuat di Tempo.co, selama bulan Januari 2012.

Silakan meneropong, mengritik, dan mereview berita apa saja. Bisa tentang kasus Mesuji, Bima, ironi keadilan sandal buat Aal, kematian tragis Adesagi, olah raga, resolusi kalangan selebritas, atau sepak-terjang pemberantasan korupsi yang maju-mundur.

Komentar dan review ini akan menjadi masukan berharga buat tim redaksi dan juga TempoInstitute Indonesia.

Review yang diminta adalah : apakah berita tersebut penting bagi publik, menarik, seberapa kuat nilai layak berita di dalamnya, dan apa kekurangan atau kelebihan berita tersebut.

Caranya:
1. Daftarkan diri Anda di Forum Tempo.com (http://forum.tempo.co/)

2. Pilih satu berita di Tempo.co, lalu tulislah review berita itu di Thread "Lomba Review Berita Bersama Tempo Institute)

3. Masukkan tulisan Anda ke dalam New Thread di Kanal itu.

4. Tulisan singkat saja, maksimum 200 kata

5. Tenggat : 5 Februari 2012

6. Pengumuman disampaikan pada 10 Februari 2012

7. Lomba ini berlaku bagi siapa saja, diutamakan mahasiswa dan pelajar.

Hadiah:

1 (satu) penulis review terbaik dari kalangan mahasiswa diberi kesempatan magang selama 1 (satu) bulan di Tempo Institute (transportasi dan akomodasi ditanggung).

10 review pilihan akan diberi bingkisan masing-masing berupa : 1 buku "Kecap Dapur TEMPO" (buku baru terbitan KPG Gramedia), 1 flash disk Tempo.co, dan 1 kaos Tempo.co.

Ayo, mari meneropong berita Tempo.co

Salam, Panitia

Pertanyaan bisa diemail ke institut@tempo.co.id

Selasa, 10 Januari 2012

Mengganti Adrian ERK

Efek Rumah Kaca: Cholil (Vokal/Gitar) Opu (Bass?) Akbar (Drum)

Pengumuman Penting: untuk sementara saya menggantikan Adrian sebagai basist Efek Rumah Kaca. Tidak percaya. Saya lebih-lebih tidak percaya. Hahaha...

Lekas sehat Adrian!

Senin, 09 Januari 2012

Il Ritorno Del Re



Il ritorno del Re | The Return of the King | Kembalinya Sang Raja

AS ROMA V CHIEVO
2-0
(Totti '34, '78)

Sabtu, 07 Januari 2012

Jungle Child


Alam adalah tempat bermainnya,
rimba adalah rumahnya,
dan langit adalah tempat bernaungnya.

***
Sabine Kuegler (tujuh tahun) dan keluarganya tiba di sebuah hutan terpencil di Papua Barat pada tahun 1980. Mereka hidup di tengah-tengah suku Fayu yang baru saja ditemukan. Suku ini sama sekali belum tersentuh oleh peradaban modern. Sabine kecil pun tak lagi bermain boneka, tetapi dengan ular serta busur dan panah sungguhan. Bukan permen yang ia kunyah, melainkan kelelawar panggang dan serangga.

Jungle Child adalah kisah memukau tentang suatu kehidupan primitif. Kehidupan itu terputus ketika keluarga Sabine kembali ke Jerman. Meski akhirnya kembali ke Papua Barat, Sabine (kini terjebak di antara dua budaya) tidak lagi benar-benar merasa nyaman. Kematian teman masa kecil sekaligus kakak Fayu-nya, Ohri, membuatnya memutuskan untuk meninggalkan rimba untuk selamanya.

Di usia tujuh belas tahun, ia masuk sekolah berasrama di Swiss. Melalui proses yang sulit dan menyakitkan, perlahan-lahan ia berhasil menyesuaikan diri kembali dengan budaya barat. Namun, ia tetap mengakui bahwa sebagian dari dirinya akan terus menjadi si anak rimba.

***

Ah, saya benar-benar jatuh cinta dengan buku ini. Nantilah saya ceritakan lebih panjang lagi. Sekarang saya sedang menikmatinya lembar demi lembar.
 

Selasa, 03 Januari 2012

Baby Romanisti #2

Memimpikan Stekelenburg
Lahir untuk menjadi seorang Romanista
Dari ayah kepada anak atas nama AS Roma
 ***
Beberapa hari ini saya rutin mengikuti perkembangan forum Romanisti di Facebook. Sebenarnya sudah lama saya bergabung dengan grup ini. Namun belakangan saya keranjingan untuk terus menyimak perkembangannya, karena grup tersebut sedang membagi foto-foto Romanisti dari seluruh dunia. Yang paling saya sukai adalah foto-foto para Romanisti kecil atau disebut pada grup tersebut sebagai Baby Romanisti. Lucu saja melihat mereka. Dengan atribut lengkap dan muka tanpa dosa, mereka berpose layaknya seorang Romanisti dewasa yang siap mendukung AS Roma sampai mati. Tak hanya dari Italia, sudah ada beberapa pose Baby Romanisti yang datang dari berbagai negara, seperti Amerika sampai Honduras. Sayang, sejauh saya perhatikan, belum ada gambar Baby Romanisti asal Indonesia. Kelak, saya bercita-cita ingin merasuki anak saya untuk menjadi seorang Romanisti seperti bapaknya ini. Agar saya bisa memamerkannya kepada dunia, bahwa Indonesia juga memiliki Baby Romanisti  yang menggemaskan. Dan itu anak saya.

Belajar English Hari Pertama

Peserta Belajar English hari pertama. Rame dan masih apa adanya
Mengisi waktu liburan (saya memang libur, sebagian teman liburnya dibuat-buat) saya dan beberapa teman di asrama bersepakat untuk mengikuti les Bahasa Inggris (baca: Belajar English). Untuk les ini kami mendaulat senior kami, Mr. Ichal, sebagai pengajarnya. Jangan salah, Mr. Ichal ini bukan pengajar amatiran bung. Ia adalah mahasiswa pasca sarjana Sastra Inggris di Unhas. Dari segi pengalaman, Ia sudah lama mengajar di sebuah bimbingan belajar. Jadi gurunya sudah oke, semoga transfer of knowledge-nya bisa maksimal.

Hari ini adalah hari pertama belajar english. Untuk pertemuan pertama ini, Mr. Ichal mengajarkan Introduction. Ya seperti belajar english di sekolah atau di tempat lainnya juga lah. Suasana akrab bahkan terkesan masih main-main sangat jelas terlihat. Karena pertemuan pertama, Mr. Ichal masih mentolerir sikap kurang serius kami itu. Namun, Ia meminta untuk lebih serius pada pertemuan selanjutnya. Ya supaya transfer of knowledge tadi bisa lebih maksimal.

Ini dia guru kami: Mr. Ichal
Mari semangat untuk Belajar English hari-hari berikutnya kawan!

Senin, 02 Januari 2012

Undangan Menulis

Undangan Menulis Bersama Pusat Studi Demokrasi (PSD) Unhas

Kami mengundang rekan-rekan mahasiswa Universitas Hasanuddin untuk menyalurkan ide dan gagasannya berupa tulisan esai guna memperkuat dan menyehatkan demokrasi di tanah air.
Tulisan terpilih akan diterbitkan dalam sebuah buku bertajuk “Demokrasi yang Galau: Suara Hati Mahasiswa Unhas” kerjasama dengan Penerbit Shofia
Silakan dipilih tema-tema berikut:
- Agama dan Demokrasi
- Perempuan dan Demokrasi
- Kebudayaan dan Demokrasi
- Media dan Demokrasi
- Demokrasi di bidang pertanian
- Demokrasi di bidang hukum dan HAM
- Demokrasi di bidang Kesehatan
- Demokrasi ekonomi
- Demokrasi politik
- Demokrasi dan pengelolaan SDA
- Demokrasi dan arsitektur
Syarat:
Tulisan harus original (bukan plagiat)
Tulisan 5-8 halaman.
Jenis huruf Arial 12pt, kertas A4, margin 3-3-3-3
Tulisan ditunggu paling lambat 30 Januari 2012

Kirim ke fitria_idris@ymail.com/fitrawan.umar@gmail.com/nufachlucu@gmail.com
CP: 085255062961
Kegiatan ini bersifat sukarela. Adapun penulis yang terpilih akan mendapatkan 1 (satu) buku ini nantinya dan diundang pada saat launching.

Minggu, 01 Januari 2012

Terbaik Terbaik 2011

Hal pertama yang ingin saya lakukan pada catatan kali ini pastilah mengucapkan selamat tahun baru 2012. Semoga 2011 teman-teman menyenangkan. Dan mari berharap, semoga 2012 kita lebih menyenangkan lagi. Amin..

Kalaupun ada momen tidak menyenangkan, menjengkelkan, bikin sakit hati atau apalah itu, pasti tidak akan saya ceritakan disini. Ya, untuk apa juga dicerikan. Toh masih terlalu banyak hal-hal yang baik dan menyenangkan yang sangat patut untuk dibagikan.

Nah, hal itulah yang di hari pertama di tahun baru ini yang ingin saya ceritakan. Ada banyak hal menyenangkan, atau dalam hal ini saya anggap terbaik yang terjadi dalam setahun kemarin dalam hidup saya. Mulai dari musik, buku, film sampai esai. Mungkin terbaik versi saya ini terasa biasa-biasa saja oleh orang lain. Tapi yang perlu saya tekankan disini adalah, pemilihan terbaik ini bersifat sangat personal. Tanpa tendensi dan murni pilihan saya sendiri. Jadi jika ada tidak terima dengan pilihan saya, mari buat ‘Terbaik-Terbaik 2011’ versi kalian sendiri.

Ini dia ‘Terbaik-Terbaik 2011’ versi saya:

Album terbaik: Lesson #1 – Sir Dandy

Rolling Stone Indonesia bahkan tidak memasukkan album ini pada deretan 20 Album Indonesia Terbaik 2011. Tapi kuping saya kok menyatakan rilisan dari Sir Dandy inilah yang terbaik. Lesson #1 adalah tipikal album yang unik. Liriknya bercerita tentang hal remeh temeh yang biasa dijumpai di kehidupan sehari-hari. Mulai dari pertemanan, sosok pahlawan sampai semrawutnya lalu lintas kota akibat bejibunnya jumlah motor di jalanan. Ditulis dalam bentuk jenaka dan diiringi dengan alunan gitar yang begitu sederhana bahkan berkunci itu-itu saja di semua lagu. Beginilah tipikal album yang saya sukai. Sederhana namun tetap cerdas dan pastinya selalu menyenangkan untuk didengarkan.

Lagu Terbaik: Juara Dunia – Sir Dandy

Lagu terbaik tentu hadir dari album terbaik dong. Dan lagu terbaik di album Lesson #1 adalah Juara Dunia. Seperti yang sudah pernah saya katakan, lagu ini adalah lagu nasionalisme yang berbeda. Bercerita tentang petinju kebanggaan masyarakat Indonesia, Chris John. Ditengah rasa frustasi atas menyedihkannya prestasi olahraga kita, Chris John hadir sebagai penyelamat kebanggaan. Dia kan juara dunia tinju yang berhasil mempertahankan gelarnya paling lama dibanding petinju mana pun saat ini. Sungguh Sir Dandy tidak berlebihan membuatkan lagu khusus untuk juara dunia dari Indonesia ini. Sikat Jon!

Konser Terbaik: Shopping Concert Chambers Yes 2011

Tidak banyak konser yang saya datangi selama 2011. Dari sedikit konser yang saya tonton tahun lalu, saya memilih Shopping Concert Chambers Yes 2011 sebagai yang terbaik. Lebih tepatnya, konser yang dilaksanakan pada 30 Desember 2011 ini terasa istimewa bagi saya. Saya menonton konser ini beramai-ramai dengan teman-teman terbaik. Lalu headliner utama pada konser ini adalah band yang paling berpengaruh dalam hidup saya yaitu Efek Rumah Kaca. Satu lagi, untuk konser kali ini juga saya menjalankan tugas pertama saya sebagai kontributor sebuah webzine. Ah, sungguh istimewa konser ini.

Film Terbaik: Insidious

Jumat, 1 Juli 2011 mungkin adalah hari terhoror dalam hidup saya. Hari itu seorang diri saya ke toko buku untuk mencari bahan bacaan untuk seminggu. Tapi entah kenapa saya tersesat ke bioskop yang tepat berada disamping toko buku yang telah saya kunjungi tersebut. Lihat-lihat, akhirnya pilihan saya jatuh pada film setan berjudul Insidious. Film ini sangat pandai mengatur tempo ketakutan penontonya. Di awal, film ini sangat tidak berpontensi menjadi film paling menakutkan. Di pertengahan barulah penampakan mulai terlihat. Itupun masih jarang. Tapi disetiap kemunculan itu mengahadirkan kengerian yang luar biasa. Klimaks dari film ini adalah bagian paling menakutkan. Ketika setan berwarna merah menampakkan dirinya. Hah, waktu itu betul-betul menjadi satu setengah jam paling menakutkan dalam hidup saya.

Video Terbaik: Homeland

Dua tahun belakangan ini saya sangat senang menonton video (film) berdurasi pendek atau kurang dari tiga puluh menit. Video jenis ini sangat menarik menurut saya. Menekankan pada ide cerita dan teknik pengambilan gambar. Untuk tahun ini saya memilih Homeland sebagai video terbaik. Video buatan web travel, Hifatlobrain ini sungguh keren. Bercerita tentang seorang pemuda yang melakukan perjalanan jauh untuk pulang ke rumah. Ditengah perjalanan banyak hal yang ia jumpai. Mulai dari penampakan alam yang indah, sampai keramahan orang-orang yang ia jumpai di perjalanan. Selain itu, video yang dibuat untuk menyambut lebaran ini memiliki gambar yang begitu memesona. Sungguh benar apa yang dikatakan pada video ini, “No one realizes how beautiful it is to travel until he comes home.”

Buku Terbaik: Madre – Dewi ‘Dee’ Lestasri

Saya mulai jatuh cinta dengan tulisan-tulisan Dee ketika membaca Filosofi Kopi. Kumpulan tulisan (cerpen, puisi, prosa) ini sungguh keren menurut saya. Cara bercerita Dee sangat menarik. Sederhana namun tidak terduga sama sekali. Ia sangat menguasai setiap detail cerita yang akan ia bangun. Dan kepandaian Dee dalam bercerita berlanjut pada buku terbarunya, Madre. Seperti pada Filososfi Kopi, pada Madre Dee merangkai cerita dari hal-hal yang sederhana. Tapi dari hal-hal sederhana tadi akan terjalin cerita yang sangat luar biasa. Keempat belas tulisan dalam buku ini sangat layak dibaca dan buku ini wajib berada di rak buku kalian yang mendambakan karya sastra yang keren namun tetap sederhana.

Esai Terbaik: Making Punk A Threat Again – Morgue Vanguard

Banyak orang yang jengkel dengan perlakuan diskriminasi Polisi Syariah Aceh terhadap orang-orang yang tergabung dalam Komunitas Punk disana. Saya termasuk kedalam orang-orang yang jengkel tersebut. Bagaimana tidak, atas nama menegakkan Syariat Islam aparat pemerintah tersebut melanggar hak kebebasan berekspresi seseorang yang jelas-jelas dijamin oleh konstitusi kita. Banyak tulisan yang terbit memprotes tragedi ini. Dari sekian banyak tulisan protes tersebut, saya memilih sebuah esai dari Morgue Vanguard atau dikenal juga sebagai Ucok Homicide sebagai yang terbaik. Esai yang berjudul Making Punk A Threat Again tersebut memandang permasalahan ini dari dua arah. Kalau tulisan sejenis hanya menyalahkan pihak aparat, esai ini juga menyindir pihak Komunitas Punk itu sendiri. Morgue Vanguard menganggap kebanyakan anak punk kini telah kehilangan jati diri mereka. Padahal pilihan untuk menjadi seorang Punk datang dari keyakinan bahwa kemerdekaan diri adalah sebuah keniscayaan. Tapi yang terjadi di Aceh adalah penghianatan melalui jalan terima saja dilakukan seperti itu.

8.             Makanan Terbaik: Coto Gagak

Pada suatu malam entah kenapa saya dan beberapa orang teman keroncongan bersama. Dan malam itu kami begitu kompak untuk mencari makanan istimewa. Pilihan awal jatuh pada Palubasa Serigala yang legend itu. Setibanya di lokasi makan paling hangat dibicarakan itu, ternyata tempat itu sudah tutup. Indra menyarankan kami untuk makan coto saja. Katanya ada coto terdekat yang juga berlabel legend bernama Coto Gagak. Ah, sebenarnya saya punya pengalaman tidak mengenakkan dengan jenis makanan satu ini. Saya pernah tiba-tiba sakit setelah menyantap makanan paling khas Makassar tersebut. Tapi Indra menjamin coto ini beda. Setibanya kami disana langsung saja kami memesan seporsi satu orang. Ketika mencicipinya pertama kali, benar saja, coto ini begitu nikmat walau belum diracik dengan garam dan sambal. Kuahnya memang sudah gurih. Dagingnya terasa lebih nikmat di lidah. Harganya lebih mahal sedikit dari coto lainnya. Tapi itu sepadan kok dengan sensasi nikmat yang disuguhkan. Ah, tak kuat saya membayangkannya lagi.

Nah itulah Terbaik Terbaik dari tahun 2011 versi saya. Bagaimana dengan kalian?

Semoga lebih banyak hal menyenangkan di tahun 2012 ini ya.