Kamis, 17 April 2014

Wildhorse


Salah satu band yang tampil dalam “Solidarity Gigs Bebaskan Satinah!” adalah unit Rock and Roll Wildhorse. Dalam banyak kesempatan mereka sering membawakan lagu sendiri yang bernuansa keras dan liar, seperti nama mereka. Namun pada penampilan di Kedai Buku Jenny tersebut mereka bermain dalam set yang sedikit minimalis. Tanpa distorsi yang berlebihan mereka membawakan tiga lagu yang masih bernafaskan Rock. Salah satu lagu yang mereka mainkan adalah “White Sun”. Nomor berirama blues balada ini terdengar berbeda dari lagu-lagu mereka yang lainnya.

Setelah penampilan Wildhorse di aksi solidaritas musisi Makassar untuk Satinah tersebut, kami berkesempatan menemui mereka. Lewat interview yang akrab kami mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang akan lebih mengenalkan Wildhorse kepada pembaca OPIUM.
Berikut petikan wawancaranya. Selamat berkenalan dengan unit Rock and Roll yang cadas dan liar ini.

Bisa perkenalkan Wildhorse kepada pembaca OPIUM?

Hai, kami Wildhorse. Saya Remi Setiawan pada vokal sekaligus main gitar, terus dua teman saya, Azhary Salam pada gitar melodi dan Naldy Rachman sebagai bassist.

Bagaimana awalnya Wildhorse terbentuk?

Awalnya dari pertemanan ji. Saya sama teman-teman sekolah sering ngumpul-ngumpul terus kami main-main gitar. Pada tahun 2009 terpikir, “kenapa kita tidak bikin band saja?”. Nah dari situ kita mulai ngeband dan coba bikin lagu sendiri dalam bahasa Inggris. Sampai sekarang kita sudah punya beberapa lagu yang sering kita bawakan kalau ada yang mengundang untuk main.

Musik seperti apa yang kalian mainkan?

Pada dasarnya kami memainkan Rock and Roll, musik-musik yang berkembang pada 60-an, 70-an. Tapi pada perkembangannya kami juga sering memasukkan unsur lain pada musik kami, seperti Blues, Progresif. Musik-musik yang sesuai dengan semangat kami lah.

Apakah ada musisi yang menginspirasi kalian dalam bermusik?

Tentu saja ada. Kalau musisi, atau band yang meng-influnce kami itu ada beberapa. Kalau dari luar negeri itu ada Led Zeppelin dan sejenisnya. Kalau dalam negeri sendiri kami banyak mendengarkan dan terpengaruh dari The S.I.G.I.T.

Sejauh ini karya apa saja yang telah Wildhorse hasilkan?

Rencananya dalam waktu dekat ini kami akan merilis EP (Extended Play) perdana kami. Mungkin bulan April nanti. EP tersebut akan berisi empat lagu. Liriknya bahasa Inggris semua. Temanya sih beragam. Tentang lingkungan, sosial sampai cinta. Pokoknya isu-isu yang sehari-hari kami temui lah.

Bagaimana kalian melihat perkembangan musik Makassar saat ini?

Perkembangan industri musik Makassar, terutama scene indie sudah sangat bagus ya. Sudah banyak band yang terus menghasilkan karya. Genre yang dimainkan juga sangat beragam. Tapi yang kami rasa masih kurang itu malah label record-nya. Entah cuma saya saja yang kurang tahu, tapi masih sangat susah mencari tempat untuk memfasilitasi band-band yang ingin merekam karya mereka. Tentu akan sangat bagus lagi kalau ada orang, pengusaha yang mau membuat label record disini.

Terakhir, kenapa kalian tertarik untuk berpartisipasi dalam Solidarity Gigs ini?

Secara naluriah kami terpanggil ya. Naluri kami sebagai musisi tergerak ikut berpartisipasi ketika tahu dan diajak di kegiatan ini. Semoga dengan musik kami dan sedikit donasi yang kami berikan bisa membantu Satinah. Harapan kami sih semoga kasus seperti ini tidak terulag lagi.

*Wawancara ini dibuat untuk mengisi rubrik Music Innerview di Majalah OPIUM. Untuk membaca versi digital Majalah OPIUM bisa disini. Beberapa lagu dari Wildhorse bisa didengarkan disini.