Minggu, 07 September 2014

Ibu Ani, Suaminya dan Sepuluh Tahun Wafatnya Munir

Hari ini Ibu Ani tampak sibuk sekali. Pada sebuah potret di media sosialnya, Ia ingin memberi tahu kita semua bahwa Ia sedang berkemas. Di dalam sebuah kamar yang tentunya istana, Ibu Negara ini menyusun beberapa box yang berisi barang-barang pribadinya. Sepertinya beliau dan keluarga sedang bersiap untuk pindah tempat tinggal. Ya, hampir sepuluh tahun ini Ibu Ani beserta keluarganya mendiami istana negara. Tentu saja itu berkat suaminya, Susilo Bambang Yudhoyono yang lebih gaul dipanggil SBY, terpilih dan terpilih lagi menjadi Presiden Republik Indonesia pada Pilpres 2004 dan 2009.

Seperti biasa beragam respon selalu hadir pada setiap foto yang Ibu Ani unggah di akun media sosialnya. Ada yang mengucapkan salam perpisahan, ada yang bersedih, ada pula yang menanggapi secara datar saja. Tapi mungkin banyak dari kita yang tidak menyadari bahwa foto tersebut bukan hanya sebuah persiapan salam perpisahan. Bagi saya foto tersebut juga pertanda bagi kita untuk segera melupakan sebuah harapan yang pernah kita titipkan pada SBY, suami tercinta sang empunya foto. Kita harus segera mencabut harapan bahwa presiden kita satu itu bisa mengungkapkan siapa pembunuh Munir sebenarnya.

SBY dilantik menjadi Presiden Republik Indonesia saat banyak orang masih berduka karena wafatnya Munir. Kematian yang sangat mendadak tersebut mendapat perhatian yang sangat besar kala itu. SBY pun gagap lalu berpidato: “kematian Munir adalah sebuah test of  our history”. Tentu banyak yang berbesar hati dengan pernyataan tersebut. Tidak sedikit yang berharap besar SBY akan mengungkap dan menangkap dalang pembunuhan Munir.

Tapi tentu saja waktu yang mengungkap ketidakbenaran SBY. Pernyataan menggetarkan itu ternyata hanyalah omong kosong belaka. SBY tak mampu bahkan tak punya keinginan serius untuk mengungkap dan menangkap dalang pembunuhan Munir!

proses penyelidikan hingga persidangan memang dilaksanakan, tapi itu semua jauh dari harapan kita yang mencari keadilan yang terang benderang. Polycarpus, satu-satunya pelaku yang dihukum hanyalah seorang eksekutor. Sedangkan intellectual dader dari kasus ini tidak pernah kita ketahui. Ia masih bebas di luar sana entah dimana.

Sepuluh tahun perjuangan dalam mencari kebenaran dalam kasus pembunuhan Munir ini tentu saja bukan waktu yag singkat. Berbagai cara telah dilakukan. Tapi apalah arti perjuangan tanpa henti jika tidak diikuti oleh keinginan yang baik dari aparat negara selaku penentu kebijakan. Dan selama menjabat sebagai Presiden sepuluh tahun ini SBY tidak punya keinginan yang baik untuk mengungkap kasus pembunuhan Munir ini.

SBY sangat benar saat menyatakan pembunuhan Munir adalah sebuah ujian bagi sejarah kita. Wafatnya Munir bukan hanya peristiwa matinya satu orang. Wafatnya Munir adalah sebuah kehilangan besar, terutama bagi mereka yang memimpikan perdamaian dan penegakan hak asasi manusia di negara ini. ketika kasus ini tidak menemukan keadilannya sejarah akan mencatatnya sebagai sebuah kegagalan negara untuk memenuhi harapan para pencari kebenaran.

Sekali lagi saya ingin meyakinkan orang-orang, foto Ibu Ani yang diunggah hari ini adalah sebuah pertanda. Foto berkemas tersebut menandakan kita juga harus segera menyimpun dan menarik kembali harapan untuk mengungkap dalang pembunuhan Munir yang pernah kita titipkan pada SBY. Untuk sementara biarlah harapan itu kita genggam untuk kemudian kita berikan pada Presiden berikutnya, Joko Widodo.

Jokowi sudah pernah berjanji untuk memberikan perhatian khusus pada masalah penegakan hak asasi manusia. Tapi kita tentu tak boleh percaya begitu saja. Kita sudah pernah dikecewakan oleh kata manis tanpa pembuktian. Malah kita harus terlebih dulu harus tidak percaya pada si ceking ini, sebelum ada tindak nyata yang Ia lakukan ketika menjabat nanti.

Saat SBY sedang bekerja lebih giat di sisa masa jabatannya, Ibu Ani memang sudah mulai berkemas. Banyak barang keluarga yang harus dipindahkan dari Istana Negara ke Cikeas yang tentram. Tapi saya yakin, semua hal tentang pembunuhan Munir tidak akan masuk di dalam box-box Ibu Ani. Bisa murka suaminya nanti kalau masih menemukan serpihan peristiwa tersebut.