Rabu, 29 Januari 2014

Untuk Kandi yang Sedang Berulang Tahun

“Ikan apa yang kuat makan?”
“Ikandi!”

***

Hari itu, suatu siang di medio 2000-an, Kandi memasuki rumah dengan sangat tergesa-gesa. Tanpa memedulikan kakinya yang masih kotor, Ia langsung menuju ke dapur untuk bersembunyi sejenak. Saya sudah paham betul dengan situasi ini. Pasti Kandi baru saja menjahili teman bermainnya. Benar saja. Suara tangisan anak kecil tiba-tiba nyaring terdengar dari rumah tetangga yang berada tepat di sebelah kediaman kami. Ia melapor kepada ibunya kalau baru saja dicubit oleh seorang penjahat berbadan jauh lebih besar darinya bernama Kandi.

Keesokan harinya anak tetangga tersebut datang ke rumah untuk kembali mengajak Kandi bermain. Tak ada dendam. Sakit hati dijahili di hari sebelumnya lenyap tak bersisa. Dasar anak-anak.

Seperti anak kebanyakan, Kandi sangat suka bermain. Yang tak biasa adalah Ia tidak suka bermain dengan teman sebaya atau anak-anak yang lebih tua darinya. Ia lebih senang bermain denga anak kecil yang berumur tiga sampai lima tahun di bawahnya. Yang Kandi dan teman-temannya mainkan pun lebih sering permainan khas anak perempuan seperti masak-masakan atau dokter-dokteran. Saya sangat jarang, bahkan mungkin tak pernah melihat Ia bermain sepakbola atau “polisi-penjahat” di lapangan dekat rumah.

Agar bisa lebih superior mungkin menjadi alasan bagi Kandi untuk memilih bermain dengan anak-anak yang lebih muda. Yang saya lihat, Ia sangat menikmati statusnya sebagai “anak paling besar” di dalam kelompok bermainnya. Dengan begitu tak ada yang bisa menjahilinya. Sebaliknya, Ia bisa dengan sesuka hati mengerjai teman-temannya sampai menangis.

Tak terhitung kejahilan yang telah dilakukan oleh Kandi. Mulai dari yang umum seperti mengolok, mencubit, melempar pasir, sampai yang paling terkenal karena sangat sering Ia lakukan; menakut-nakuti teman bermain dengan suara anehnya yang Ia sebut sebagai “Suara Hantu”. “Suara Hantu” adalah teriakan mirip growl yang biasa dikeluarkan oleh vokalis band metal namun dalam bentuk yang lebih tebal. Hanya Kandi yang bisa mengeluarkan “Suara Hantu” tersebut. Saya sempat penasaran ingin mencoba menirukannya. Tapi saya tak pernah berhasil. Bukannya suara menyeramkan yang keluar, saya malah batuk-batuk dibuatnya.

“Suara Hantu” adalah senjata andalan Kandi untuk membuat menangis teman bermainnya. Hampir semua anak kecil yang ikut bermain dengannya takut mendengar suara tersebut. Kala Kandi mulai beraksi, bisa dipastikan teman-temannya akan menangis lantas pulang ke rumah untuk melapor kepada ibu mereka. Tapi anehnya, esok hari bisa dipastikan anak-anak kecil tersebut kembali mendatangi rumah kami untuk mengajak Kandi bermain lagi. Memang dasar, anak-anak.

***

Malam itu tak seperti biasanya. Kandi menjadi sangat pendiam. Di waktu makan pun Ia tak tambah. Padahal biasanya, pantang baginya hanya menghabiskan sepiring dalam satu kali waktu makan.
Malam itu Kandi sedang kecewa. Ia yang baru saja lulus SD tak berhasil masuk ke SMP negeri yang diidamkan karena nilai Ujian Nasional-nya sangat pas-pasan. Dengan sangat terpaksa ia masuk di sekolah pilihan Mamak, yaitu SMP Muhammadiyah yang letaknya lumayan jauh dari rumah. Kandi mulai menjadi agak pendiam sejak itu.

Disinilah jahatnya stigma. Anggapan bahwan sekolah negeri itu jauh lebih baik dari sekolah swasta dan SMP Muhammadiyah adalah sekolah buangan bagi anak-anak bodoh telah menjatuhkan mental Kandi. Beban itu mungkin biasa menurut kita, tapi pasti tidak bagi anak-anak berumur belasan awal seperti Kandi dan kawan-kawan sebayanya.

Sejak saat itu, dalam sisa waktu libur kuliah saya waktu itu, saya terus meneguhkan hati Kandi. Saya memberikan semangat dan motivasi yang bersifat standar seperti, “Ini bukan masalah dimana kita sekolah, tapi soal bagaimana semangat kita ingin belajar. Bla bla bla…”. Di lain waktu saya mencoba menghiburnya dengan berkata “Kau harusnya bangga karena bisa duluan pakai celana panjang ke sekolah dibanding teman-temanmu di SMP negeri”, atau “di Muhammaadiyah itu lebih enak, karena lebarannya bisa duluan daripada yang lain”. Perkataan yang terakhir itu lebih kepada menggoda sebenarnya. Hehehe.

Hanya soal waktu, Kandi sudah bisa menerima dirinya bersekolah di sekolah swasta. Dari kabar yang saya terima dari Mamak dan Uli, Ia sangat rajin pergi sekolah. Semangat bermain dan makannya yang sempat menurun pun sudah kembali. Syukur lah.

***

Pada pertengahan tahun 2013 Mamak menelpon saya dalam tempo yang cukup lama. Beliau mengabarkan semua orang rumah di Tarakan dalam keadaan sangat sehat. Semua sedang senang. Hal itu dikarenakan Kandi diterima di sekolah idamannya, yaitu SMK Negeri 2 alias STM. Ya, STM. Sampai saat ini saya belum tahu pasti alasan Kandi lebih memilih STM dibanding SMA favorit lainnya. Dugaan awal saya Kandi tak ingin lagi terlalu kecewa seperti saat memilih SMP tiga tahun lalu. Sepertinya Ia memiliki perhitungan tersendiri atas pilihannya tersebut.

Beruntung bagi kami memiliki orang tua, terutama Mamak yang tidak terlalu menuntut. Mamak sangat jarang mengintervensi pilihan anak-anaknya, termasuk dalam hal pendidikan. Kami dibiasakan mandiri lantas bertanggung jawab atas semua pilihan-pilihan kami. Hal serupa sepertinya diberlakukan juga kepada Kandi. Mamak terdengar cukup senang dengan pilihan Kandi yang memilih sekolah kejuruan, tanpa terpengaruh stigma tentunya.

Sekarang Kandi benar-benar bersemangat pergi ke sekolah yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah kami. Semoga terus seperti itu sampai Ia lulus nanti.

***

Hari ini, 29 Januari, Kandi, adik bungsu saya sedang berulang tahun yang ke-17. Walau tak ada tradisi merayakan hari kelahiran dalam keluarga kami, saya ingin menuliskan sesuatu untuknya. Semoga ini bisa dianggap sebagai sebuah kado dari kakak yang sedang rindu berat.

Selamat ulang tahun, adik Kandi. Semoga sehat selalu. Dan terus ceria tentunya. Hehehe.

Jumat, 17 Januari 2014

Dari Pers Room Rock In Celebes 2013

Salah satu fasilitas khusus yang disediakan oleh panitia Rock In Celebes 2013 bagi wartawan adalah Pers Room. Ruangan ini menjadi pusat kegiatan semua peliput festival rock terbesar di Indonesia Timur ini. Mulai dari membuat berita, mengobrol dengan sesama wartawan atau sekedar beristirahat di waktu jeda konser, semua dilakukan di ruangan ini. Agenda yang juga dilakukan di Pers Room, yang akan membuat ruangan ini sangat penuh adalah Press Conference para penampil. Hal ini dilakukan sebelum atau susudah band tampil. Momen ini sangat ditunggu oleh semua wartawan yang bertugas untuk menggali bahan berita dan berfoto bersama dan meminta tanda tangan para idola. Hehehe...

Berikut beberapa foto band yang sempat saya kutip di Pers Room Rock In Celebes 2013. Gambar terakhir adalah sesi foto bersama seluruh wartawan dari berbagai daerah yang bertugas di Rock In Celebes 2013 dengan The Box dari Palu yang penampilannya sangat mengejutkan malam itu.


Jumat, 10 Januari 2014

Merayakan Kesunyian


"Silence gives answers." - Rumi

Waktu itu, almanak 2013 telah berada di ujung senjakalanya. Beberapa saat lagi 2014 akan datang. Orang-orang telah memegang trompetnya masing. Sedang yang lain menyiapkan kembang api termahalnya. Atau mungkin juga ada yang telah menyiapkan suara untuk berteriak sekeras-kerasnya di detik pertama tahun baru. Semuanya telah menjadi kebiasaan yang akan terasa ganjil bila tidak dilakukan di malam pergantian tahun.

Tapi kali ini terasa berbeda bagi saya. Bersama beberapa teman, saya menuju sebuah tempat yang sangat tenang: Danau Tanralili di salah satu sudut anak Gunung Bawakaraeng. Bukan untuk menghindari keramaian yang biasa, tapi kami, saya khususnya, mencari suasana baru di malam diantara dua tahun tersebut. Keadaan sunyi senyap mungkin bisa menjadi teman pengantar untuk melalui malam itu.

Perjalanan kali ini sangat menyenangkan bagi saya. bukan hanya karena penampakan alam yang kami lalui sangat memanjakan mata, tapi juga karena dilakukan bersama orang-orang yang sungguh menyenangkan. Ada yang memang sudah akrab karena sudah lama tinggal serumah, ada pula kenalan baru yang datang dari teman yang telah lebih dulu saya akrabi. Ini menjadi hal yang paling menyenangkan; lingkaran pertemanan saya menjadi bertambah besar.

Ada banyak hal yang bisa dilakukan di Danau Tanralili. Berenang di air dingin, memancing atau menjelajah bukit-bukit yang mengelilingi danau. Daerah ini serasa milik kami saja. Tidak ada pegunjung lain di sekitar tempat kami berkemah. Sempat ada tiga atau empat warga setempat yang datang memancing. Tapi mereka memilih tempat di seberang tempat kami. Keheningan yang betul-betul menyenangkan.

Pada malam pergantian tahun sebagian besar tim memilih berbaring di dalam tenda masing-masing. Mungkin sudah tertidur lelap atau sekedar termenung memikirkan sesuatu yang entah apa. Saya dan beberapa yang lain memilih bertahan di tenda terbuka. Mengobrol tentang apa saja lalu menyeruput kopi hangat yang kenikmatannya bertambah malam itu. Sesaat sebelum pukul dua belas tengah malam, langit di sebelah gunung mulai bercahaya. Pasti itu kembang api di kota, penanda perginya 2013. Sejenak kami terfokus ke kilatan-kilatan itu.

Beberapa jam kemudian kantuk saya tak tertahan lagi. Saya meninggalkan yang lain untuk tidur di dalam hammock dan berselimutkan sleeping bag yang hangat. Selamat datang tahun baru. Selamat datang tantangan-tantangan baru. Kau atau aku yang takluk!