Rabu, 17 Desember 2014

Tamasya Musik Keras di Rock In Celebes 2013


Setelah diserbu oleh gigs jazz di bulan November, giliran musik keras yang menutup akhir tahun Kota Makassar. Rock In Celebes (RIC), pesta rock tahunan yang telah mendapat pengakuan sebagai festival rock terbesar di Indonesia Timur kembali dihelat. Selama empat hari, 12-15 Desember 2013, festival ini sungguh memanjakan para penikmat musik berisik Kota Daeng.

Ada beberapa perbedaan yang ditampilkan Chambers Entertainment selaku penyelenggara pada RIC 2013 ini. jika biasanya digelar pada pertengahan tahun, tahun ini RIC sengaja diadakan pada bulan Desember, bersamaan dengan helatan Celebes Clothing Fest. Kedua kegiatan besar ini disatukan waktu pelaksanaannya dan dibungkus dalam satu perayaan bernama Chambers 10Th Festival. Kegiatan ini sekaligus untuk merayakan ulang tahun ke-10 unit usaha Chambers.

Bersamaan dengan waktu pelaksanaan yang diperpanjang menjadi empat hari, RIC 2013 juga menghadirkan lebih banyak penampil. Setidaknya ada 40-an band yang hadir memanaskan moshpit, baik yang bertaraf lokal, nasional sampai Internasional.

Setiap hari, waktu main para penampil dibagi menjadi dua sesi. Siang untuk band voting dan band lokal. Sedangkan untuk malam hari giliran headliner dan co-headliner yang memanaskan stage. Hal ini membuat distribusi penonton untuk setiap penampilan tidak merata. Penonton sangat sedikit pada sesi siang dan baru mulai ramai ketika malam hari yang diisi oleh band-band yang memang sudah punya nama.

Di hari pertama, Kamis, 12 Desember 2013, gemuruh musik mulai terdengar sejak pukul dua siang. Beberapa band lokal dipercaya menjadi pembuka di hari itu. Bonzai yang biasanya memainkan pop manis, kali ini membawakan set rock mereka. Lagu-lagu seperti “Kawan Lama” dan “OMG” dimainkan dengan sedikit lebih keras. Mereka juga sempat meng-cover hits “Still In To You” milik Paramore.

Selain itu ada juga band rock progresif The Finalist yang tetap bersemangat memainkan setlist mereka walau penonton belum terlalu banyak. Empat karya sendiri, “Taklukkan Dunia”, “Bila”, “Malaikat Cinta” dan “Berhasil” cukup memanaskan pembukaan RIC 2013. Setelahnya ada Paniki Hate Light, unit post-hardcore yang sudah cukup punya nama di skena metal Makassar. Band ini cukup ditunggu oleh beberapa penonton yang langsung merapat ketika nama mereka dipanggilkan. Sayang, karena kesalahan teknikal di bagian bass, mereka hanya sempat memainkan dua lagu, “Survival” dan “Time Travel”.

Sebelum rehat maghrib, ada Galarasta yang memberikan warna yang berbeda di RIC 2013 ini. Tetap konsisten dengan musik Raggae, band ini berhasil mengajak penonton untuk bergoyang santai. Nomor “Woyyo” serta dua lagu cover, “Beautiful Disaster” milik 311 dan “Anak Pantai” dari Imanez sukses membuat enjoy penonton sebelum istirahat.

Pada sesi malam penonton mulai terlihat ramai. Mulai pukul tujuh malam, arena konser langsung dipanaskan oleh unit metal kebanggaan Kota Solo, Down For Life. “Prosa Kesetaraan” dipilih menjadi lagu pembuka. Langsung saja moshing dan head-banging terjadi di muka stage. Nomor-nomor andalan seperti “Kami Adalah Api”, “Pesta Partai Bar-Bar” dan “Menuju Matahari” sukses memanaskan arena moshpit. Hits “Pasukan Babi Neraka” sukses menutup penampilan Down For Life yang total membawakan sembilan lagu malam itu.

Selanjutnya ada C.U.T.S, band elektro rock asal Kota Kembang, Bandung. Minus salah satu vokalisnya, penampilan C.U.T.S tetap beringas malam itu. Ykha Amelz, sang vokalis utama tampil casual dengan kemeja putih dan celana panjang hitam. Tapi jangan salah, penampilan perempuan berambut panjang ini tidak sesantai dandanannya. Aksi panggungnya sangat atraktif. Ia berhasil memimpin penonton berjingkrak dan bernyanyi bersama. Lagu yang paling banyak perhatian, apalagi kalau bukan hits “Beringas”. Malah, lagu ini sempat dimainkan dua kali. Kendala teknis di bagian instrumen elektro membuat penonton meminta “Beringas” kembali dimainkan. Kali ini dalam set yang lebih sempurna. Penampilan menawan C.U.T.S ditutup dengan hits pertama di album terbaru mereka, “Teriak Gila”. Penonton betul-betul berteriak gila di bagian ini.

RIC 2013 hari pertama ditutup oleh headliner utama, Chris Carrabba. Diluar dugaan penonton, Dashboar Confessional yang dikonfirmasi sebagai penampil internasional batal datang dengan full tim. Chris Carrabba, vokalis band rock emo tersebut terpaksa tampil solo dengan set akustik. Lagu hits seperti “Vendicated” dan “Stolen” tetap dibawakan, namun tentu dengan rasa yang berbeda. Beberapa penonton terlihat tidak bersemangat. Namun beberapa tetap bertahan di depan panggung. Mungkin mereka adalah penggemar berat Dashboard Confessional atau malah pemuja Chris Caraba yang tampil sangat klimis malam itu.

Di hari kedua, konser dibuka oleh beberapa band lokal potensial seperti Wild Horse, Kemenyan, Pop Is Dead, juga Unremains. Wild Horse yang mengusung Rock and Roll seperti melakukan warming up kepada penonton yang menunggu penampil utama malam itu, The SIGIT. Sedangkan penampilan Kemenyan mengingatkan penonton kepada band Black Metal legendaris, Kiss. Semua personel mereka juga mengecat wajah menjadi putih dengan pola hitam.

Setelah itu giliran gerombolan Punk Rock, Pop Is Dead yang memanaskan panggung. Band ini tampil unik dengan memasukkan unsur instrumen tradisi Sulawesi Selatan ke dalam musik mereka. Suling Bugis-Makassar dan Gandrang Bulo menyatu dengan raungan musik keras yang menjadi akar bermusik Pop Is Dead. Athem penyemangat “My Father Punk Rock” menjadi pembuka. Sing along massal terjadi ketika mereka membawakan “Enter Sadman” milik Metallica. “Angin Mammiri” dalam tempo yang sangat cepat menjadi penutup istimewa band yang akan melakukan tur lima kota pada Februari tahun depan ini.

Selepas break maghrib, kebisingan dibuka oleh band mengejutkan asal Kota Palu, The Box. Mengejutkan karena penonton tidak pernah menyangka ada band sematang mereka yang berasal dari kota seperti Palu. Sebenarnya mereka memainkan modern rock yang besar di awal tahun 2000-an. Yang menarik dari The Box adalah mereka memadukan dasar musikal mereka tersebut dengan alat musik tradisional Palu. Tidak terkesan dipaksakan, bunyian alat musik tiup dan jejeran gamelan menyatu pas dalam musik keras yang mereka mainkan. “melihat penampilan mereka, seperti menemukan harta karun musik di pulau Sulawesi,” kata Wendi Putranto, wartawan majalah Rolling Stone Indonesia.

Lagu yang paling menarik perhatian adalah “Sampai Mati” dan “Tadulako”. “Sampai Mati” dibuka dengan teriakan etnik yang sangat magis lalu disusul oleh music rock yang sangat apik. Sementara itu “Tadulako” dipilih menjadi lagu penutup. Hits yang bercerita tentang pahlawan lokal Kota Palu ini menggunakan bahasa daerah pada bagian lirik.

Berikutnya ada duo The Experience Brother yang siap melanjutkan kebisingan RIC 2013 hari kedua. Hanya memainkan gitar dan drum sudah cukup bagi mereka untuk menampilkan musik ciamik yang sangat berisik. Nomor andalan seperti “Young Man”, “Little Pony” dan “She’s Allright” sukses membuat penonton bersenang-senang lalu bertepuk tangan di akhir lagu.

The SIGIT tampil sebagai penutup RIC 2013 hari kedua. Gerombolan Rock and Roll dari Bandung ini memainkan dua belas lagu, termasuk yang diambil dari album teranyar mereka, Detourn. Hits “Detourne” sendiri dimainkan sebagai lagu pembuka. Langsung saja gerombolan pemuda ugal-ugalan mendominasi muka panggung. Penampilan prima The SIGIT malam itu ditutup dengan anthem pengundang sing along, “Black Amplifier”.

Hari ketiga RIC 2013 menghadirkan ZORV, grup grunge dari Surabaya yang juga mengejutkan. Kwartet pemuda ini memainkan musik alternatif rock 90-an dengan sangat baik. Lagu-lagu dari album pertama mereka seperti “Believe”, “Wealth”, “Lore” dan “Mud” cukup untuk memanaskan festival di sore hari. Tepat sebelum rehat maghrib band yang akan vakum dalam waktu dekat ini mengakhiri pertunjukannya.

Sesi malam hari ketiga dibuka oleh Inlander. Band ibukota ini sangat menarik perhatian dengan sound punk rock yang mereka mainkan. Lagu-lagu sosial-politis seperti “Bombardir”, “Bangkit Melawan” dan “Ekstrimis” dibawakan dengan tempo yang sangat cepat. Total dua belas lagu dimainkan oleh Inlander sebelum menutup penampilan perdana mereka di Makassar.

Setelahnya, kita diajak untuk sedikit menurunkan tempo oleh Suri. Tetap keras, namun musik stoner rock yang mereka mainkan seolah ingin terlihat lain dari beberapa penampil sebelumnya. lagu-lagu seperti “Sjahwat”, “Journey”, “Gendats”, dan “Imago” dibawakan sebagai pengantar sebelum penonton menyaksikan penampil utama malam itu.

Band penutup di hari ketiga adalah unit rock oktan tinggi, Seringai. Para Serigala Militia (sebutan untuk basis penggemar mereka) sudah terlihat berkumpul sesaat sebelum mereka naik panggung. “Dilarang di Bandung” menjadi pembuka kemudian disusul dengan “Kilometer Terakhir” serta hits pertama dari album Taring, “Tragedi”. Langsung saja para begundal-begundal mendominasi moshpit. Lagu-lagu dari album Serigala Militia, seperti “Citra Natural”, “Serigala Militia” dan “Amplifier” juga dibawakan. Sebagai penutup, lagu pengundang sing along massal, “Mengadili Persepsi” yang dimainkan. Kepalan tangan di udara dan teriakan “Individu Merdeka…” langsung riuh sebelum akhirnya Seringai meninggalkan panggung.

Hari terakhir, Minggu, 15 Desember, menjadi puncak keramaian RIC 2013. Di sore hari tampil duta Blues Makassar, The Blues Fresh. Mereka tampil sangat prima dalam tempo tampil lebih dari satu jam. Masih dengan gaya yang sangat genit, vokalis mereka terus menggoda penonton untuk ikut menikmati musik The Blues Fresh yang memang sangat menarik.

Setelah rehat maghrib, malam terakhir RIC 2013 dibuka oleh Kapital, metalhead dari tanah Kalimantan. Mereka mengawali penampilan mereka dengan rekaman lagu “Indonesia Tanah Air Beta”. Cara yang sangat ampuh untuk memancing semangat penonton. Langsung saja “Konsepsi Imajinasi” dimuntahkan sebagai pembuka. Menyusul kemudian “Sistem Munafik”, “Melawan Setan Kesedihan” dan “Restorasi Dua Sisi” dimainkan. Band ini ternyata sudah punya cukup banyak penggemar di Makassar. Riuh crowd tak pernah berhenti di sepanjang penampilan mereka.

Selanjutnya giliran grup Green Grunge Getlemen yang membuat kebisingan. Ini adalah penampilan pertama untuk Roby, Dangkie, Made dan Gembul di Makassar. “Hitung Mundur” dimainkan sebagai pembuka. Selanjutnya, lagu-lagu dengan tema lingkungan seperti “Orang Utan”, “Bubur Kayu” dan “Metropolutan” turut dibawakan. Yang paling menarik perhatian adalah “I Refuse To Ferget” yang didedikasikan khusus untuk pejuang HAM Munir.

Dan tibalah bagi Burgerkill untuk menutup festival RIC 2013 yang tidak terlalu terasa sudah berjalan selama empat hari. Sama seperti Kapital, mereka juga membuka penampilan dengan cara yang sangat nasionalis. Hits legendaris milik Puppen, “Atur Aku” dimainkan sebagai pembuka. Selanjutnya lagu-lagu dari album Venomous seperti “Under The Scars” dan “Only The Strong” juga sukses memanaskan crowd. Meski sempat terjadi sedikit insiden kericuhan antara penonton dan polisi, Burgerkill tetap melanjutkan konser dan menutup RIC 2013 dengan sangat mengesankan.


Sekitar pukul dua belas malam seluruh rangkaian RIC 2013 resmi berakhir. Seiring dengan itu, hadir kebanggaan bagi metalhead Kota Makassar bisa memiliki festival rock sebesar RIC 2013. Sampai jumpa di Rock In Celebes 2014. Tabik!

*Ditulis untuk Majalah Opium Edisi Februari 2014. Diposting kembali di blog ini demi dokumentasi.