Kamis, 26 November 2015

Papua


Tentu kita tak akan pernah tahu bagaimana harapan lama akhirnya bisa terjadi saat ini.

Awal-awal SMA dulu saya terkagum dengan Papua saat menonton film Denias. Saya suka film ini bukan hanya karena bercerita tentang perjuangan tokoh utamanya untuk merasakan pendidikan formal. Lebih dari itu Denias menampilkan penampakan lansekap Papua yang sungguh cantik. Mulai dari pegunungan, hutan, sungai, semuanya sangat memanjakan mata. Oh ya satu lagi, logat Papua yang kental ditampilkan dan terdengar lucu di film ini menjadi pelengkap keinginan untuk berkunjung ke Tanah Cenderawasih ini.

Saat kuliah ketertarikan saya akan Papua semakin bertambah dan dalam pembahasan yang semakin luas. Saya mulai membaca Papua dari sisi yang sedikit berbeda dari sekedar kecantikan alamnya. Saya kemudian mendapati luka kemanusiaan yang sudah terjadi sejak lama. Bagaimana Papua menjadi bahan eksploitasi yang bahkan masih terjadi hingga saat ini, setelah rejim pemerintah berganti beberapa kali dan otonomi khusus telah diberikan. Di sana saya semakin ingin ke Papua, menyaksikan secara langsung apa sebenarnya yang terjadi. Bahkan saya menyempatkan membahas kejahatan kemanusiaan yang terjadi di Papua di dalam tugas akhir kuliah saya.

Namun kesempatan itu tidak juga datang, bahkan saat saya sudah tujuh tahun hidup di kampus. Pernah di tahun 2012 kalau tidak salah ingat, saat menerima honor yang cukup besar dari beberapa pekerjaan, saya berniat berkunjung ke Jayapura. Apalagi sudah ada kenalan disana yang bisa ditumpangi barang beberapa hari. Tapi niat itu urung terwujud. Saya malah memakai uang itu untuk solo trip ke beberapa tempat di Pulau Jawa. Niat awal hanya mengikuti sebuah konferensi mahasiswa selama tiga hari, saya malah terhasut untuk berkeliling di sekitar Jawa Timur dan Jawa Tengah selama dua minggu lebih. Uang yang awalnya untuk mendatangi Papua tersebut pun habis.

Tapi siapa sangka saat ini saya di Papua!

Semuanya seperti serba mendadak. Kontrak kerja saya di sebuah program berakhir pada bulan Agustus tahun ini. sebulan kemudian semua urusan kampus yang bagi saya serba ribet itu akhirnya selesai (emoticon bernafas lega). Tiba-tiba datang tawaran dari seorang teman yang juga senior untuk kerja di Papua. Sebenarnya peluang ini sudah saya dengar dari beberapa bulan sebelumnya. tapi saat itu saya sedang fokus dengan pekerjaan yang sedang berjalan. Menjelang deadline pendaftaran, saya dikabari lagi. Saya berpikir dengan sedikit panik. Saya sangat ingin ke Papua tapi masih bertanya pada diri sendiri apakah siap untuk hidup dalam waktu yang lama disana. Tapi akhirnya saya mengirim surat lamaran tersebut di hari yang sama dengan datangnya pemberitahuan yang mengagetkan itu. Dan di sinilah saya sekarang, Papua, tepatnya di sekitar Kabupaten Mimika dan Kabupaten Asmat.

Saat mengirimkan surat lamaran hingga akhirnya berangkat ke Papua saya masih terus meyakinkan diri untuk terus mengembangkan diri di jalan pekerjaan sosial ini. mungkin terdengar berlebihan ya. Tapi itulah kenyataannya. Pada saat mudik lebaran yang lalu, Mamak lagi-lagi mengingatkan saya untuk kerja di Tarakan saja. Katanya saya sudah terlalu lama meninggalkan rumah. Mendaftar sebagai pegawai negeri atau menerima tawaran pekerjaan di sebuah perusahaan kelapa sawit milik seorang kenalan keluarga jadi beberapa alternatif pilihan dari beliau. Tapi nyatanya saya memilih semakin jauh dari rumah. Tapi saya bersyukur dipilihkan Mamak yang selalu pengertian atas pilihan anak-anaknya. Ah jadi kangen Mamak kan.

Mari fokus kembali lalu mengakhiri kabar ini. Hehehe.

Saya tidak berharap banyak dengan kedatangan saya di Papua. Apalah saya ini. Niat saya menjelang berangkat adalah untuk belajar lebih banyak lagi, terutama tentang masyarakat, budaya, dan alam Papua. Tentu sambil menikmati segala keunikan dan keindahannya dong. Kalau ternyata kehadiran saya dinilai membawa manfaat (amin), itu sudah lebih dari cukup untuk bikin saya sangat bahagia dan bersyukur.

Begitulah. Sudah sebulan lebih ini saya menetap di Papua dan masih terus beradaptasi dengan kehidupan disini. Seperti bayangan saya, disini sangat menarik. Saking tertariknya saya jadi banyak bertanya selama sebulan ini. Doakan saya tidak terlalu malas untuk lebih sering memberi kabar lewat blog ini.


Sekian dulu. Nimao.