Awal tahun saya sudah dihampiri beberapa masalah. Diawali dengan mimpi kurang ajar beberapa hari lalu. Suatu malam yang dingin, saya didatangi sesosok makhluk misterius. Tanpa sapa yang sopan, ia langsung melontarkan kalimat horor: "Mana skripsimu?" Sial! mungkin ini mimpi terburuk yang pernah saya alami selama masa kuliah.
Selang sehari kemudian, langsung saja saya membongkar kembali berkas pengurusan Tugas Akhir yang sudah saya diami selama tiga bulan. Lalu saya masukkan ia ke dalam tas untuk kembali rutin diajak ke kampus. Tapi jalan saya ternyata tak mulus. Masalah-masalah lainnya segera muncul. Sepertinya semesta sedang membuat permufakatan jahat untuk membuat jera orang-orang yang terlalu banyak membuang waktu seperti saya.
Laptop yang terserang virus sehingga menjadi tidak berguna menjadi hukuman awal yang lumayan menggangu bagi saya. Memulai untuk menulis skripsi sih masih bisa, tapi tiba-tiba saja ia (si la[ptop) tak bisa terkoneksi dengan wifi. Selain itu virus kurang ajar itu membuat laptop saya jadi enggan menerima USB. Untuk mengobatinya saya berkonsunsultasi kepada seorang senior, Romy namanya. Katanya, satu-satunya jalan untuk masalah itu adalah, laptop saya harus di-install ulang. Terserahlah, Rom. Yang penting si laptop bisa kembali berfungsi dengan baik. Singkat cerita, laptop saya sudah kembali baik. Tinggal butuh di-install beberapa software yang dibutuhkan. Terimakasih kepada Romy untuk penyelesaian masalah ini. Semoga pahalanya semakin banyak.
Masalah lainnya adalah, salah seorang penguji saya ternyata sedang liburan ke Bali, sehingga tak dapat dimintai tanda tangan berkas persetujuan penguji. Kabarnya beliau baru akan kembali ke kampus diawal Februari. Alamak! Okelah, saya maklumi saja. Toh saya yang salah, terlalu lama mengulur waktu.
Belum lagi hujan yang akhir-akhir ini terus mengguyur Makassar membuat mobilitas menjadi berkurang. Dengan cuaca seperti ini medan magnet kamar juga semakin menguat, terus menggoda saya untuk tidak beranjak. Padahal, selain ke kampus untuk mengurus Tugas Akhir, saya juga harus rutin bertemu dengan teman-teman KontraS Makassar. Sudah hampir sebulan ini saya sedang membantu urusan media disana. Harapannya sih, menambah pengalaman dan (ehem ehem) mereka dapat membantu saya dalam proses pengerjaan skripsi saya yang membahas tentang HAM. Hihihi modus banget ya.
Sudah ah. Saya sudah seperti SBY karena kebanyakan curhat ini. Untuk menemani saya menghadapi bulan Januari (yang penuh cobaan ini), berikut ada lima lagu yang sedang sering saya dengarkan. Ini ini, semoga kalian suka juga lah.
I Know What Love Isn't - Jens Lekman
Ravando, seorang teman yang sedang melanjutkan kuliah di Leiden, Belanda yang pertama kali memperkenalkannya kepada saya. Pertama kali mendengarnya, beberapa waktu lalu, saya langsung jatuh hati. Lagu-lagu musisi asal Swedia ini terdengar tenang dan halus tapi juga tidak terlalu slow. Cocok untuk suasana penghujan seperti sekarang ini. Dan lagu yang membuat saya jatuh hati adalah track I Know What Love Isn't. Jens Lekman yang memainkan gitar membawakan lagu ini dalam format band, yang membuat lagu ini terdengar semakin menarik. Untuk mendengarkannya bisa mulai dengan mengunjunginya
disini.
Seni yang Rapuh - Sind3ntosca
Band ini terkenal sebagai salah satu one hit wonders lewat lagunya yang berjudul Kepompong. Tapi ternyata mereka juga mempunyai lagu-lagu yang cukup lumayan, yang mungkin belum sempat beredar luas. Seni yang Rapuh adalah salah satunya yang sedang sering saya dengarkan. Bercerita tentang betapa rapuhnya diri kita saat ditinggal orang yang kita sayangi. Musiknya juga pelan, sama dengan suasana iklim sekarang. Cocok sebagai pengantar tidur. Lagu menarik dari Sind3ntosca ini bisa didengarkan
disini.
Lagu ini paling tepat untuk menggambarkan nasib saya sekarang. Mungkin saya tergolong bebal dalam hal mengakui kesalah pada beberapa keputusan salah yang pernah saya ambil. Saya kurang bisa menyesali sesuatu yang telah saya lewatkan begitu saja. Padahal kalau dipikir lebih seksama hal itu terlalu merugikan. Mungkin saya perlu berdamai dengan diri sendiri untuk memperbaiki hal ini. Ah ngomong apaan sih ini. Langsung saja nikmati Shadow Days dari John Mayer
disini.
Lagu lama sebenarnya, salah satu lagu yang menemani saya melalui masa transisi dari anak-anak menuju usia sekarang. Tapi hari-hari belakangan ini saya kembali rajin mendengarkannya. Sunday Sunday adalah lagu pengantar untuk bermalas-malasan di hari minggu. Tapi musik yang mengiringinya malah tetap semangat ala Blur yang mewakili generasi 90-an. Kalau kamu kamu generasi indie 90-an seperti saya langsung sedot saja lagu ini
disini. Sumpah, kalimat terakhir itu norak sekali.
Bagi saya kata seksi yang sebenarnya bersinonim dengan Colbie Caillat. Cantik, bermain gitar dan bernyanyi di tepi pantai yang indah adalah pemandangan yang sangat merugikan apabila dihindari. Lihat saja bibirnya ketika melantunkan syair "I do I do I do do do do do do do do...." Di bagian itu keseksian solois Amerika ini bertambah beberapa derajat. Aduh, udah ah, ampuuun... Langsung aja ni dinikmati
disini.