Hari ini Ibu Ani tampak sibuk sekali. Pada sebuah potret di
media sosialnya, Ia ingin memberi tahu kita semua bahwa Ia sedang berkemas. Di dalam
sebuah kamar yang tentunya istana, Ibu Negara ini menyusun beberapa box yang
berisi barang-barang pribadinya. Sepertinya beliau dan keluarga sedang bersiap
untuk pindah tempat tinggal. Ya, hampir sepuluh tahun ini Ibu Ani beserta
keluarganya mendiami istana negara. Tentu saja itu berkat suaminya, Susilo
Bambang Yudhoyono yang lebih gaul dipanggil SBY, terpilih dan terpilih lagi
menjadi Presiden Republik Indonesia pada Pilpres 2004 dan 2009.
Seperti biasa beragam respon selalu hadir pada setiap foto
yang Ibu Ani unggah di akun media sosialnya. Ada yang mengucapkan salam
perpisahan, ada yang bersedih, ada pula yang menanggapi secara datar saja. Tapi
mungkin banyak dari kita yang tidak menyadari bahwa foto tersebut bukan hanya
sebuah persiapan salam perpisahan. Bagi saya foto tersebut juga pertanda bagi
kita untuk segera melupakan sebuah harapan yang pernah kita titipkan pada SBY,
suami tercinta sang empunya foto. Kita harus segera mencabut harapan bahwa
presiden kita satu itu bisa mengungkapkan siapa pembunuh Munir sebenarnya.
SBY dilantik menjadi Presiden Republik Indonesia saat banyak
orang masih berduka karena wafatnya Munir. Kematian yang sangat mendadak
tersebut mendapat perhatian yang sangat besar kala itu. SBY pun gagap lalu
berpidato: “kematian Munir adalah sebuah test
of our history”. Tentu banyak yang berbesar hati dengan pernyataan
tersebut. Tidak sedikit yang berharap besar SBY akan mengungkap dan menangkap
dalang pembunuhan Munir.
Tapi tentu saja waktu yang mengungkap ketidakbenaran SBY. Pernyataan
menggetarkan itu ternyata hanyalah omong kosong belaka. SBY tak mampu bahkan
tak punya keinginan serius untuk mengungkap dan menangkap dalang pembunuhan
Munir!
proses penyelidikan hingga persidangan memang dilaksanakan,
tapi itu semua jauh dari harapan kita yang mencari keadilan yang terang
benderang. Polycarpus, satu-satunya pelaku yang dihukum hanyalah seorang
eksekutor. Sedangkan intellectual dader dari
kasus ini tidak pernah kita ketahui. Ia masih bebas di luar sana entah dimana.
Sepuluh tahun perjuangan dalam mencari kebenaran dalam kasus
pembunuhan Munir ini tentu saja bukan waktu yag singkat. Berbagai cara telah
dilakukan. Tapi apalah arti perjuangan tanpa henti jika tidak diikuti oleh
keinginan yang baik dari aparat negara selaku penentu kebijakan. Dan selama
menjabat sebagai Presiden sepuluh tahun ini SBY tidak punya keinginan yang baik
untuk mengungkap kasus pembunuhan Munir ini.
SBY sangat benar saat menyatakan pembunuhan Munir adalah
sebuah ujian bagi sejarah kita. Wafatnya Munir bukan hanya peristiwa matinya
satu orang. Wafatnya Munir adalah sebuah kehilangan besar, terutama bagi mereka
yang memimpikan perdamaian dan penegakan hak asasi manusia di negara ini.
ketika kasus ini tidak menemukan keadilannya sejarah akan mencatatnya sebagai
sebuah kegagalan negara untuk memenuhi harapan para pencari kebenaran.
Sekali lagi saya ingin meyakinkan orang-orang, foto Ibu Ani
yang diunggah hari ini adalah sebuah pertanda. Foto berkemas tersebut
menandakan kita juga harus segera menyimpun dan menarik kembali harapan untuk
mengungkap dalang pembunuhan Munir yang pernah kita titipkan pada SBY. Untuk sementara
biarlah harapan itu kita genggam untuk kemudian kita berikan pada Presiden
berikutnya, Joko Widodo.
Jokowi sudah pernah berjanji untuk memberikan perhatian
khusus pada masalah penegakan hak asasi manusia. Tapi kita tentu tak boleh
percaya begitu saja. Kita sudah pernah dikecewakan oleh kata manis tanpa
pembuktian. Malah kita harus terlebih dulu harus tidak percaya pada si ceking
ini, sebelum ada tindak nyata yang Ia lakukan ketika menjabat nanti.
Saat SBY sedang bekerja lebih giat di sisa masa jabatannya,
Ibu Ani memang sudah mulai berkemas. Banyak barang keluarga yang harus
dipindahkan dari Istana Negara ke Cikeas yang tentram. Tapi saya yakin, semua
hal tentang pembunuhan Munir tidak akan masuk di dalam box-box Ibu Ani. Bisa
murka suaminya nanti kalau masih menemukan serpihan peristiwa tersebut.