Setelah diserbu oleh gigs jazz di bulan November, giliran
musik keras yang menutup akhir tahun Kota Makassar. Rock In Celebes (RIC),
pesta rock tahunan yang telah mendapat pengakuan sebagai festival rock terbesar
di Indonesia Timur kembali dihelat. Selama empat hari, 12-15 Desember 2013,
festival ini sungguh memanjakan para penikmat musik berisik Kota Daeng.
Ada beberapa perbedaan yang ditampilkan Chambers
Entertainment selaku penyelenggara pada RIC 2013 ini. jika biasanya digelar
pada pertengahan tahun, tahun ini RIC sengaja diadakan pada bulan Desember,
bersamaan dengan helatan Celebes Clothing Fest. Kedua kegiatan besar ini
disatukan waktu pelaksanaannya dan dibungkus dalam satu perayaan bernama
Chambers 10Th Festival. Kegiatan ini sekaligus untuk merayakan ulang
tahun ke-10 unit usaha Chambers.
Bersamaan dengan waktu pelaksanaan yang diperpanjang menjadi
empat hari, RIC 2013 juga menghadirkan lebih banyak penampil. Setidaknya ada
40-an band yang hadir memanaskan moshpit, baik yang bertaraf lokal, nasional
sampai Internasional.
Setiap hari, waktu main para penampil dibagi menjadi dua
sesi. Siang untuk band voting dan band lokal. Sedangkan untuk malam hari
giliran headliner dan co-headliner yang memanaskan stage. Hal ini membuat
distribusi penonton untuk setiap penampilan tidak merata. Penonton sangat
sedikit pada sesi siang dan baru mulai ramai ketika malam hari yang diisi oleh
band-band yang memang sudah punya nama.
Di hari pertama, Kamis, 12 Desember 2013, gemuruh musik
mulai terdengar sejak pukul dua siang. Beberapa band lokal dipercaya menjadi
pembuka di hari itu. Bonzai yang biasanya memainkan pop manis, kali ini
membawakan set rock mereka. Lagu-lagu seperti “Kawan Lama” dan “OMG” dimainkan
dengan sedikit lebih keras. Mereka juga sempat meng-cover hits “Still In To You” milik Paramore.
Selain itu ada juga band rock progresif The Finalist yang
tetap bersemangat memainkan setlist mereka walau penonton belum terlalu banyak.
Empat karya sendiri, “Taklukkan Dunia”, “Bila”, “Malaikat Cinta” dan “Berhasil”
cukup memanaskan pembukaan RIC 2013. Setelahnya ada Paniki Hate Light, unit
post-hardcore yang sudah cukup punya nama di skena metal Makassar. Band ini
cukup ditunggu oleh beberapa penonton yang langsung merapat ketika nama mereka
dipanggilkan. Sayang, karena kesalahan teknikal di bagian bass, mereka hanya
sempat memainkan dua lagu, “Survival” dan “Time Travel”.
Sebelum rehat maghrib, ada Galarasta yang memberikan warna
yang berbeda di RIC 2013 ini. Tetap konsisten dengan musik Raggae, band ini
berhasil mengajak penonton untuk bergoyang santai. Nomor “Woyyo” serta dua lagu
cover, “Beautiful Disaster” milik 311
dan “Anak Pantai” dari Imanez sukses membuat enjoy penonton sebelum istirahat.
Pada sesi malam penonton mulai terlihat ramai. Mulai pukul tujuh
malam, arena konser langsung dipanaskan oleh unit metal kebanggaan Kota Solo,
Down For Life. “Prosa Kesetaraan” dipilih menjadi lagu pembuka. Langsung saja moshing dan head-banging terjadi di muka stage. Nomor-nomor andalan seperti “Kami
Adalah Api”, “Pesta Partai Bar-Bar” dan “Menuju Matahari” sukses memanaskan
arena moshpit. Hits “Pasukan Babi Neraka” sukses menutup penampilan Down For Life
yang total membawakan sembilan lagu malam itu.
Selanjutnya ada C.U.T.S, band elektro rock asal Kota
Kembang, Bandung. Minus salah satu vokalisnya, penampilan C.U.T.S tetap
beringas malam itu. Ykha Amelz, sang vokalis utama tampil casual dengan kemeja putih dan celana panjang hitam. Tapi jangan
salah, penampilan perempuan berambut panjang ini tidak sesantai dandanannya.
Aksi panggungnya sangat atraktif. Ia berhasil memimpin penonton berjingkrak dan
bernyanyi bersama. Lagu yang paling banyak perhatian, apalagi kalau bukan hits “Beringas”.
Malah, lagu ini sempat dimainkan dua kali. Kendala teknis di bagian instrumen
elektro membuat penonton meminta “Beringas” kembali dimainkan. Kali ini dalam
set yang lebih sempurna. Penampilan menawan C.U.T.S ditutup dengan hits pertama
di album terbaru mereka, “Teriak Gila”. Penonton betul-betul berteriak gila di
bagian ini.
RIC 2013 hari pertama ditutup oleh headliner utama, Chris Carrabba.
Diluar dugaan penonton, Dashboar Confessional yang dikonfirmasi sebagai
penampil internasional batal datang dengan full tim. Chris Carrabba, vokalis
band rock emo tersebut terpaksa tampil solo dengan set akustik. Lagu hits
seperti “Vendicated” dan “Stolen” tetap dibawakan, namun tentu dengan rasa yang
berbeda. Beberapa penonton terlihat tidak bersemangat. Namun beberapa tetap
bertahan di depan panggung. Mungkin mereka adalah penggemar berat Dashboard
Confessional atau malah pemuja Chris Caraba yang tampil sangat klimis malam itu.
Di hari kedua, konser dibuka oleh beberapa band lokal
potensial seperti Wild Horse, Kemenyan, Pop Is Dead, juga Unremains. Wild Horse
yang mengusung Rock and Roll seperti melakukan warming up kepada penonton yang menunggu penampil utama malam itu,
The SIGIT. Sedangkan penampilan Kemenyan mengingatkan penonton kepada band
Black Metal legendaris, Kiss. Semua personel mereka juga mengecat wajah menjadi
putih dengan pola hitam.
Setelah itu giliran gerombolan Punk Rock, Pop Is Dead yang memanaskan
panggung. Band ini tampil unik dengan memasukkan unsur instrumen tradisi
Sulawesi Selatan ke dalam musik mereka. Suling Bugis-Makassar dan Gandrang Bulo
menyatu dengan raungan musik keras yang menjadi akar bermusik Pop Is Dead. Athem penyemangat “My Father Punk Rock”
menjadi pembuka. Sing along massal terjadi ketika mereka membawakan “Enter
Sadman” milik Metallica. “Angin Mammiri” dalam tempo yang sangat cepat menjadi
penutup istimewa band yang akan melakukan tur lima kota pada Februari tahun depan
ini.
Selepas break maghrib,
kebisingan dibuka oleh band mengejutkan asal Kota Palu, The Box. Mengejutkan
karena penonton tidak pernah menyangka ada band sematang mereka yang berasal
dari kota seperti Palu. Sebenarnya mereka memainkan modern rock yang besar di
awal tahun 2000-an. Yang menarik dari The Box adalah mereka memadukan dasar
musikal mereka tersebut dengan alat musik tradisional Palu. Tidak terkesan
dipaksakan, bunyian alat musik tiup dan jejeran gamelan menyatu pas dalam musik
keras yang mereka mainkan. “melihat penampilan mereka, seperti menemukan harta
karun musik di pulau Sulawesi,” kata Wendi Putranto, wartawan majalah Rolling
Stone Indonesia.
Lagu yang paling menarik perhatian adalah “Sampai Mati” dan “Tadulako”.
“Sampai Mati” dibuka dengan teriakan etnik yang sangat magis lalu disusul oleh
music rock yang sangat apik. Sementara itu “Tadulako” dipilih menjadi lagu
penutup. Hits yang bercerita tentang pahlawan lokal Kota Palu ini menggunakan
bahasa daerah pada bagian lirik.
Berikutnya ada duo The Experience Brother yang siap
melanjutkan kebisingan RIC 2013 hari kedua. Hanya memainkan gitar dan drum
sudah cukup bagi mereka untuk menampilkan musik ciamik yang sangat berisik.
Nomor andalan seperti “Young Man”, “Little Pony” dan “She’s Allright” sukses
membuat penonton bersenang-senang lalu bertepuk tangan di akhir lagu.
The SIGIT tampil sebagai penutup RIC 2013 hari kedua.
Gerombolan Rock and Roll dari Bandung ini memainkan dua belas lagu, termasuk
yang diambil dari album teranyar mereka, Detourn. Hits “Detourne” sendiri
dimainkan sebagai lagu pembuka. Langsung saja gerombolan pemuda ugal-ugalan
mendominasi muka panggung. Penampilan prima The SIGIT malam itu ditutup dengan anthem pengundang sing along, “Black
Amplifier”.
Hari ketiga RIC 2013 menghadirkan ZORV, grup grunge dari
Surabaya yang juga mengejutkan. Kwartet pemuda ini memainkan musik alternatif
rock 90-an dengan sangat baik. Lagu-lagu dari album pertama mereka seperti
“Believe”, “Wealth”, “Lore” dan “Mud” cukup untuk memanaskan festival di sore
hari. Tepat sebelum rehat maghrib band yang akan vakum dalam waktu dekat ini
mengakhiri pertunjukannya.
Sesi malam hari ketiga dibuka oleh Inlander. Band ibukota
ini sangat menarik perhatian dengan sound punk rock yang mereka mainkan.
Lagu-lagu sosial-politis seperti “Bombardir”, “Bangkit Melawan” dan “Ekstrimis”
dibawakan dengan tempo yang sangat cepat. Total dua belas lagu dimainkan oleh
Inlander sebelum menutup penampilan perdana mereka di Makassar.
Setelahnya, kita diajak untuk sedikit menurunkan tempo oleh
Suri. Tetap keras, namun musik stoner rock yang mereka mainkan seolah ingin
terlihat lain dari beberapa penampil sebelumnya. lagu-lagu seperti “Sjahwat”,
“Journey”, “Gendats”, dan “Imago” dibawakan sebagai pengantar sebelum penonton
menyaksikan penampil utama malam itu.
Band penutup di hari ketiga adalah unit rock oktan tinggi,
Seringai. Para Serigala Militia (sebutan untuk basis penggemar mereka) sudah
terlihat berkumpul sesaat sebelum mereka naik panggung. “Dilarang di Bandung”
menjadi pembuka kemudian disusul dengan “Kilometer Terakhir” serta hits pertama
dari album Taring, “Tragedi”. Langsung saja para begundal-begundal mendominasi
moshpit. Lagu-lagu dari album Serigala Militia, seperti “Citra Natural”,
“Serigala Militia” dan “Amplifier” juga dibawakan. Sebagai penutup, lagu
pengundang sing along massal, “Mengadili Persepsi” yang dimainkan. Kepalan
tangan di udara dan teriakan “Individu Merdeka…” langsung riuh sebelum akhirnya
Seringai meninggalkan panggung.
Hari terakhir, Minggu, 15 Desember, menjadi puncak keramaian
RIC 2013. Di sore hari tampil duta Blues Makassar, The Blues Fresh. Mereka
tampil sangat prima dalam tempo tampil lebih dari satu jam. Masih dengan gaya
yang sangat genit, vokalis mereka terus menggoda penonton untuk ikut menikmati
musik The Blues Fresh yang memang sangat menarik.
Setelah rehat maghrib, malam terakhir RIC 2013 dibuka oleh
Kapital, metalhead dari tanah Kalimantan. Mereka mengawali penampilan mereka
dengan rekaman lagu “Indonesia Tanah Air Beta”. Cara yang sangat ampuh untuk
memancing semangat penonton. Langsung saja “Konsepsi Imajinasi” dimuntahkan
sebagai pembuka. Menyusul kemudian “Sistem Munafik”, “Melawan Setan Kesedihan”
dan “Restorasi Dua Sisi” dimainkan. Band ini ternyata sudah punya cukup banyak
penggemar di Makassar. Riuh crowd tak pernah berhenti di sepanjang penampilan
mereka.
Selanjutnya giliran grup Green Grunge Getlemen yang membuat
kebisingan. Ini adalah penampilan pertama untuk Roby, Dangkie, Made dan Gembul
di Makassar. “Hitung Mundur” dimainkan sebagai pembuka. Selanjutnya, lagu-lagu
dengan tema lingkungan seperti “Orang Utan”, “Bubur Kayu” dan “Metropolutan”
turut dibawakan. Yang paling menarik perhatian adalah “I Refuse To Ferget” yang
didedikasikan khusus untuk pejuang HAM Munir.
Dan tibalah bagi Burgerkill untuk menutup festival RIC 2013
yang tidak terlalu terasa sudah berjalan selama empat hari. Sama seperti
Kapital, mereka juga membuka penampilan dengan cara yang sangat nasionalis. Hits
legendaris milik Puppen, “Atur Aku” dimainkan sebagai pembuka. Selanjutnya
lagu-lagu dari album Venomous seperti “Under The Scars” dan “Only The Strong”
juga sukses memanaskan crowd. Meski sempat terjadi sedikit insiden kericuhan
antara penonton dan polisi, Burgerkill tetap melanjutkan konser dan menutup RIC
2013 dengan sangat mengesankan.
Sekitar pukul dua belas malam seluruh rangkaian RIC 2013
resmi berakhir. Seiring dengan itu, hadir kebanggaan bagi metalhead Kota
Makassar bisa memiliki festival rock sebesar RIC 2013. Sampai jumpa di Rock In
Celebes 2014. Tabik!
*Ditulis untuk Majalah Opium Edisi Februari 2014. Diposting kembali di blog ini demi dokumentasi.