Tentu kita tak akan pernah tahu bagaimana harapan lama
akhirnya bisa terjadi saat ini.
Awal-awal SMA dulu saya terkagum dengan Papua saat menonton
film Denias. Saya suka film ini bukan
hanya karena bercerita tentang perjuangan tokoh utamanya untuk merasakan
pendidikan formal. Lebih dari itu Denias
menampilkan penampakan lansekap Papua yang sungguh cantik. Mulai dari
pegunungan, hutan, sungai, semuanya sangat memanjakan mata. Oh ya satu lagi,
logat Papua yang kental ditampilkan dan terdengar lucu di film ini menjadi
pelengkap keinginan untuk berkunjung ke Tanah Cenderawasih ini.
Saat kuliah ketertarikan saya akan Papua semakin bertambah
dan dalam pembahasan yang semakin luas. Saya mulai membaca Papua dari sisi yang
sedikit berbeda dari sekedar kecantikan alamnya. Saya kemudian mendapati luka
kemanusiaan yang sudah terjadi sejak lama. Bagaimana Papua menjadi bahan
eksploitasi yang bahkan masih terjadi hingga saat ini, setelah rejim pemerintah
berganti beberapa kali dan otonomi khusus telah diberikan. Di sana saya semakin
ingin ke Papua, menyaksikan secara langsung apa sebenarnya yang terjadi. Bahkan
saya menyempatkan membahas kejahatan kemanusiaan yang terjadi di Papua di dalam tugas
akhir kuliah saya.
Namun kesempatan itu tidak juga datang, bahkan saat saya
sudah tujuh tahun hidup di kampus. Pernah di tahun 2012 kalau tidak salah
ingat, saat menerima honor yang cukup besar dari beberapa pekerjaan, saya
berniat berkunjung ke Jayapura. Apalagi sudah ada kenalan disana yang bisa
ditumpangi barang beberapa hari. Tapi niat itu urung terwujud. Saya malah memakai
uang itu untuk solo trip ke beberapa tempat di Pulau Jawa. Niat awal hanya
mengikuti sebuah konferensi mahasiswa selama tiga hari, saya malah terhasut
untuk berkeliling di sekitar Jawa Timur dan Jawa Tengah selama dua minggu lebih.
Uang yang awalnya untuk mendatangi Papua tersebut pun habis.
Tapi siapa sangka saat ini saya di Papua!
Semuanya seperti serba mendadak. Kontrak kerja saya di
sebuah program berakhir pada bulan Agustus tahun ini. sebulan kemudian semua
urusan kampus yang bagi saya serba ribet itu akhirnya selesai (emoticon bernafas
lega). Tiba-tiba datang tawaran dari seorang teman yang juga senior untuk kerja
di Papua. Sebenarnya peluang ini sudah saya dengar dari beberapa bulan sebelumnya.
tapi saat itu saya sedang fokus dengan pekerjaan yang sedang berjalan. Menjelang
deadline pendaftaran, saya dikabari
lagi. Saya berpikir dengan sedikit panik. Saya sangat ingin ke Papua tapi masih
bertanya pada diri sendiri apakah siap untuk hidup dalam waktu yang lama
disana. Tapi akhirnya saya mengirim surat lamaran tersebut di hari yang sama
dengan datangnya pemberitahuan yang mengagetkan itu. Dan di sinilah saya
sekarang, Papua, tepatnya di sekitar Kabupaten Mimika dan Kabupaten Asmat.
Saat mengirimkan surat lamaran hingga akhirnya berangkat ke
Papua saya masih terus meyakinkan diri untuk terus mengembangkan diri di jalan
pekerjaan sosial ini. mungkin terdengar berlebihan ya. Tapi itulah
kenyataannya. Pada saat mudik lebaran yang lalu, Mamak lagi-lagi mengingatkan saya untuk
kerja di Tarakan saja. Katanya saya sudah terlalu lama meninggalkan rumah. Mendaftar
sebagai pegawai negeri atau menerima tawaran pekerjaan di sebuah perusahaan
kelapa sawit milik seorang kenalan keluarga jadi beberapa alternatif pilihan
dari beliau. Tapi nyatanya saya memilih semakin jauh dari rumah. Tapi saya
bersyukur dipilihkan Mamak yang selalu pengertian atas pilihan anak-anaknya. Ah
jadi kangen Mamak kan.
Mari fokus kembali lalu mengakhiri kabar ini. Hehehe.
Saya tidak berharap
banyak dengan kedatangan saya di Papua. Apalah saya ini. Niat saya menjelang
berangkat adalah untuk belajar lebih banyak lagi, terutama tentang masyarakat,
budaya, dan alam Papua. Tentu sambil menikmati segala keunikan dan keindahannya
dong. Kalau ternyata kehadiran saya dinilai membawa manfaat (amin), itu sudah lebih
dari cukup untuk bikin saya sangat bahagia dan bersyukur.
Begitulah. Sudah sebulan lebih ini saya menetap di Papua dan
masih terus beradaptasi dengan kehidupan disini. Seperti bayangan saya, disini
sangat menarik. Saking tertariknya saya jadi banyak bertanya selama sebulan
ini. Doakan saya tidak terlalu malas untuk lebih sering memberi kabar lewat
blog ini.
Sekian dulu. Nimao.