Oke awal Februari lalu mulai ngampus lagi. Kembali kuliah berarti kembali berkutat dengan buku2, makalah serta tugas2 kuliah. Juga harus bertemu dosen yang kadang keren tapi tak jarang ngejengkelin juga. Bertemu lagi dengan teman2 dan juga "musuh." Setelah libur semester sebulan lebih, semangat untuk kuliah lagi sangat menggebu-gebu sebenarnya. Tapi atmosfer kampus yang kurang mendukung kembali menciutkan semangat itu. Mulai dari pengurusan KRS yang sok online (yang ini gagal total menurutku), PA yang kurang ramah sampai pegawai akademik yang sangat rese.
Setelah agak ngedrop di dua semester sebelumnya, sebenarnya ada misi untuk memperbaiki kualitas studi di semester empat ini. Rencana diawal sebelum masuk kuliah, di semester ini aku harus lebih rajin kuliah, harus lebih rajin kerja tugas, gak boleh nitip absen lagi, dan IP semester ini harus lebih baik. Organisasi masih diijinkan, tapi tetap tidak boleh mengganggu kuliah.
Tapi apa nyana, semangat saja ternyata tidak cukup. Semangat harus ditunjang dengan kondisi lingkungan yang memadai. Dan Lingkungan yang memadai itu tak aku dapatkan. Semangat yang sudah menggebu-gebu tadi pun menguap secara perlahan.
Kalau sudah begitu, ya kembali lagi seperti biasanya. Waktu lebih banyak dihabiskan untuk pekerjaan organisasi. Kuliah hanya sekedarnya saja. Tugas dikerja malam sebelum dikumpul. Buku kuliah aja belum sempat nyari. Bahkan penyakit tidur di kelas sangat sering kambuh kembali. Kadang mikir juga, kenapa bisa bigini? Tugas utama di Makassar kan senarnya kuliah. Tapi ini malah terbalik. Urusan yang lain diutamakan, kuliah malah jadi urusan sekunder.
Apa sebenarnya yang salah? Betulkah suasana kampus memang tidak mendukung? Atau cuma aku aja yang berlebihan menanggapi semua itu?
Beberapa hari yang lalu aku sempat berusaha gak negur orang sama sekali. Penyebabnya adalah sehari sebelumnya semua teman dan orang2 disekitar, semuanya menjengkelkan. Jadilah hari itu aku jadi orang yang berbeda 180 derajat. Tak seorangpun aku tegur. Bahkan puasa bicara hari itu didukung dengan memasang muka kusut. Seakan-akan hari itu aku sedang punya masalah yang sangat berat. Padahal cuma pengen aja gak ngomong seharian dengan seorangpun.
Hasilnya? Ternyata gak enak. Makan hati. Biasanya sok ramah sama semua orang, kali itu seakan tak seorangpun yang dikenal. Akhirnya aksi jaim itu pun hanya bertahan sehari. Keesokan harinya aku kembali seperti biasanya. mulai terbuka lagi dengan semua orang dan mulai sok ramah lagi. Ternyata jadi seperti yang biasanya lebih nyaman. Gak enak kalo cuma berdiam seharian. Sangat tidak enak malah.
Kadang aku bertanya, kenapa hal2 yang kurang baik itu masih sering aku lakukan? Apakah karena masih labil? Aku rasa tidak. Umur sekarang tidak mendukung untuk labil lagi.
Tapi apa itu? Atau kenapa itu? Aduh bingung.