Rabu, 19 Juli 2017

Hari Pasar di Patalassang


“Hari apa ini, Ajji?”

“Hari Pasar, nak.”

***

Jangan langsung jengkel saat mendapati jalan raya Patalassang, Takalar, Sulawesi Selatan, tidak dapat dilewati kendaraan karena berubah fungsi menjadi pasar. Masuklah ke dalam untuk melihat aktivitas penjual dan pembeli yang mungkin saja bisa menyengarkan mata dan hati.

Pasar Patalassang hanya buka empat hari sekali. Hari saat pedagang menggelar dagangan di Pasar Patalassang disebut sebagai Hari Pasar. Hari Pasar adalah hari istimewa. Pada hari itu jalan raya di Patalassang yang menghubungkan Takalar Kota dengan Takalar Lama akan ditutup untuk dipakai sebagai areal memajang dagangan. Hari Pasar di Patalassang juga selalu ramai dibanjiri oleh pembeli yang datang dari Patalassang, daerah-daerah di Kecamatan Mappakasunggu, juga masyarakat dari Kepulauan Tanakeke.

Barang dagangan yang dijual di Pasar Patalassang sangatlah beragam. Namun yang menarik perhatian saya adalah sayur-sayuran dengan warna-warni yang mencolok dan segar. Menurut penjualnya, sayuran tersebut didatangan langsung dari Malino, Kabupaten Gowa. Bagi yang pernah berkunjung ke Malino pasti tahu kualitas kesegaran buah dan sayuran yang dihasilkan di daerah dataran tinggi tersebut.

Dagangan lain yang membuat saya langsung membelinya adalah paket rumput laut yang dicampur dengan mangga muda. Penganan ini sungguh membuat saya penasaran. Dua tahun lebih saya bekerja bersama petani rumput laut di Tanakeke, belum sekalipun saya mencoba rasanya rumput laut mentah. Apalagi ini dicampur mangga muda pula. Saat menyantap rumput laut campur mangga muda tersebut, ternyata rasanya mirip seperti mangga yang ditabur garam; asam, asin, dengan sensasi segar di mulut. Rasa asin berasal dari rumput laut yang juga kenyal saat digigit. Potongan cabai saya kira akan melengkapi rasa kudapan santai ini.


Selain menjual kebutuhan dapur, dagangan unik di Pasar Patalassang adalah tembikar dan keranjang untuk keperluan ritual adat. Menurut penjualnya, benda-benda tersebut dibutuhan saat seseorang akan membangun rumah baru. Tembikar yang terbuat dari tanah liat tersebut dijadikan wadah untuk membakar dupa pada saat akan memulai membangun rumah baru. Kepercayaan ini masih dijalankan oleh cukup banyak orang di Takalar ataupun masyarakat suku Makassar pada umumnya.

Menjelang siang, jalan raya yang dijadikan pasar di Patalassang kembali dibuka. Sampai berjumpa empat hari lagi di Hari Pasar Patalassang.




Takalar, 7 Juli 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar