Senin, 27 Juni 2011

Malam Itu Kami Yang Paling Nge-Rock


Segerombolan muda dengan pakaian dominan berwarna hitam sudah tampak berkumpul ketika saya tiba di Monumen Mandala. Tampaknya mereka sudah sangat siap untuk menyaksikan hajatan di depan mata mereka. Memang hari itu di tempat itu akan dilangsungkan suatu hajatan besar bagi penggemar kebisingan. Suatu hajatan yang menjadi kebanggan baru bernama ROCK IN CELEBES.

Sebenarnya pada media promosi, acara ini akan dimulai pukul 15.00. Saya pun datang kesana sekitar pukul 17.00. Dengan asumsi, dengan terlambat dua jam saya tidak akan terlewat penampilan headliner. Pasti yang akan tampil di awal adalah band pembuka yang diisi oleh band-band lokal. Tapi setibanya di tempat, jangankan kebisingan, penjaga tiket pun belum ada, pertanda pemilik tiket belum dipersilahkan masuk. Apa ini? Acara sebagus ini dinodai oleh masalah klasik yaitu ngaret. Antusiasme saya dan beberapa calon penonton disitu terlihat sedikit kecewa dengan keterlambatan tersebut.

Untung saya bertemu dengan seorang teman dan beberapa orang temannya. Saya jadi punya teman mengobrol untuk membunuh rasa bosan karena menunggu. Tema obrolan kami berkisar tentang acara tersebut dan musik khususnya rock dan metal. Cukup lama kami mengobrol sebelum penjaga tiket muncul untuk mempersilahkan kami masuk sekitar pukul 19.00. Saking semangatnya saya langsung mengambil antrian paling depan untuk masuk. Sekedar tambahan info, Rock In Celebes tahun ini dihadiri oleh lebih dari 5000 penonton.

Konser baru dimulai setengah jam kemudian. Seperti konser kebiasaan, penampil pertama adalah band-band lokal hasil seleksi panitia. Ada sembilan band lokal yang tampil yang masing-masing membawakan dua lagu. Ternyata beberapa band lokal Makassar punya potensi juga. Salah satu yang paling saya ingat adalah band metal bernama Panniki Hate Light. Mereka sempat meng-cover Poker Face-nya Lady Gaga. Tampaknya mereka juga sudah punya massa tersendiri. Tampak dari ketika nama mereka dipanggil segerombolan orang langsung maju ke depan panggung untuk melakukan head bagging bersama-sama.



Sembilan band pembuka sudah kelar, saatnya untuk headliner yang unjuk gigi. Headliner pertama adalah band elektronik rock eksperimental asal Bandung, Polyester Embassy. Band ini adalah tujuan utama saya mendatangi konser ini. Seperti yang sudah saya bilang, saya sudah terpukau dengan band ini ketika mendengar mereka pertama kali sekitar tahun 2007 waktu masih SMA. Saat nama mereka dipanggil saya langsung tepuk tangan dan sempat berteriak.

Polyester Embassy hanya menjadi semacam warming up malam itu. Memang musik mereka bukan pure rock ataupun metal yang up beat. Musik mereka berisik tapi tetap nyaman untuk didengar. Lagu-lagu lawas mereka seperti Polypanic Room dan Faded Blur serta lagu dari album baru Fake/Faker dimainkan malam itu. Penampilan mereka ditutup klimaks dengan pertunjukan instrumental yang lumayan panjang. Sungguh memuaskan. Rasa penasaran saya yang ingin menyaksikan langsung penampilan mereka terobati sudah.


Penampil selanjutnya adalah band hardcore ibukota, Seringai. Saya masih nyaman berdiri di barisan paling depan sampai nama mereka dipanggil. Segerombolan manusia langsung menyerbu maju ketika musik mereka mulai dimainkan. Saya yang tidak terbiasa menonton konser cadas pun kewalahan. Penonton tiba-tiba menjadi sangat liar dengan moshing yang tidak terkendali lagi. Walaupun panitia sudah melarang untuk membawa minuman keras, tetap saja semerbak bau alkohol tercium. Tapi semangat Seringai malam itu membuat saya tetap enjoy di tengah serbuan asap rokok, bau alkohol dan hawa tidak menyenangkan dari badan penonton sekitar.

Marijuanaut membuka penampilan mereka. Seringai bisa menyamai Black Sabath lewat lagu ini. Lagu Membakar Jakarta sedikit berubah malam itu menjadi Membakar Makassar. Berhenti di 15 menambah panas penonton. Lalu ada lagu yang sangat singkat berjudul Lagu Ini Tidak Sependek Jalan Pikiranmu yang kali ini ditujukan untuk Roy Suryo dan Tifatul Sembiring. Sang vokalis memang doyan akan hal itu. Dan sepasang favorit dari album Serigala Militia, Citra Natural dan Mengadili Persespsi menutup penampilan yahud mereka.

Raungan Arian13 yang walaupun sudah lumayan berumur tetap terasa dahsyat. Ia sangat pintar berinteraksi dengan audiens, termasuk sesekali melemparkan bir-kaleng-nya ke arah penonton. Siapa bilang musik keras menjadi dominasi orang yang berambut gondrong dan bermata tajam. Frontman Seringai ini membantah hal itu. Dengan kepala plontos dan kaca mata minus ditambah dengan slayer andalannya, Arian13 menjadi salah satu rocker tersangar di Indonesia. Malam itu Makassar berhasil dibakar oleh serigala ibukota yang mengaku menolak tua tersebut.

Belum reda panas yang barusan ditimbulkan oleh Seringai, headliner selanjutnya kembali dipanggil. Salah satu band yang paling ditunggu-tunggu malam itu pun keluar. Trio punk rock Jakarta, Netral. Malam itu, mereka satu-satunya band yang punya fans club resmi yang bernama Netralizer Makassar. bendera dukungan mereka terpasang di depan pagar pembatas. Cukup menganggu juga.

I Love You menjadi pembuka. Semua penonton langsung sing a long dengan keras. Keributan kecil sempat terjadi di belakang. Tapi show must on. Penonton kembali di-nina bobo-kan dengan kasar lewat lagu Susu Hangat Rasa Coklat. Lalu beat sedikit mereda kala lagu Sorry dibawakan. Kembali kencang lewat sepasang lagu keras, Pertempuran Hati dan Sountrack Laskar Pelangi, Lintang. Dan klimks sempurna dengan nomor andalan Garuda di Dadaku.

Penampilan Netral sangat prima malam itu. Saya yang penasaran dengan kecanggihan menggebuk drum Eno pun terpuaskan. Om Bagus keren. Tapi Coki dengan rambut dan bulu tak beraturan di wajah menjadi favorit saya malam itu.

And the last but not least, BURGERKILL. Legenda metal Indonesia dari Kota Kembang Bandung. Mereka datang ke Makassar membawa album baru bertajuk Venomous. Dan Rock In Celebes 2011 ini menjadi semacam perkenalan album baru tersebut.

Desahan intro mistis mengiringi masuknya mereka ke arena pertunjukan. Langsung saja nomor Darah Hitam Kebencian membuka kemarahan mereka. Setelah lagu itu, Vicky sang vokalis sempat berbicara kepada penonton yang telah hadir dan berterimakasih karena telah mengeluarkan kemarahan mereka. Band penyebar kemarahan rupanya mereka ini. Tapi kemarahan yang keren dong. hehehe..

Dilanjutkan dengan tiga lagu berturut-turut, Under The Scars, Shadows of Sorrow dan House of Greed. selepas itu mereka memanggil teman mereka yang terkenal sebagai vokalis band mainstream Indonesia, Padi. Ya, Fadly memang sempat sepakat berkolaborasi dengan Burgerkill lewat lagu Tiga Titik Hitam. Dan malam itu lagu tersebut disuguhkan untuk publik Makassar.

Lalu Breed-nya Nirvana mereka cover secara apik. Ini bonus yang sangat mantap bagi saya. di dua lagu terakhir, mereka mengajak frontman Seringai yang juga Vokalis Puppen, band underground yang sudah RIP, Arian13. Pertama duet maut ini membawakan lagu Only The Strong. Lalu penampilan mereka ditutup dengan lagu Puppen yang sangat dirindukan, Atur Aku. Komplit sudah. Rock In Celebes 2011 ditutup oleh penampil yang luar biasa dengan membawakan lagu yang luar biasa pula.


Diluar ngaret-nya, Rock In Celebes tahun ini sukses besar menurut saya. Saya bisa mengklaim bahwa Makassar adalah kota paling nge-rock malam itu. Tak peduli besoknya di Pekanbaru ada event musik terakbar Soundrenaline 2011.

Sekian kali ini. Salam \m/

*Sumber foto: Dari beberapa teman dan @ardy_chmbrs

Tidak ada komentar:

Posting Komentar