Sebaik-baik teman sepanjang waktu adalah buku.
Saya mengamini betul perkataan Simon Reid-Henry tersebut. Makanya sudah beberapa tahun ini saya mengakrabkan diri dengan benda ilmu yang satu itu. Tapi ada satu sifat buruk saya yang menghambat hobi ini. Cepat bosan. Ya, sikap ini yang selalu menghambat saya untuk segera menyelesaikan sebuah bacaan. Ketika baru saja memulai membaca sebuah buku, tak lama kemudian saya sudah tergoda untuk pindah ke judul buku yang lain. Saat buku yang baru itupun baru terbaca beberapa halaman, buku berikutnyapun terlalu menggoda untuk dibaca. Dan ketika sampai pada satu titik jenuh lainnya, saya kembali membaca buku yang yang diawal saya baca. Kira-kira seperti itulah siklus setan membaca saya.
Saat ini, setidaknya saya sedang membaca empat judul buku yang berbeda. Yang pertama adalah buku otobiografi Mohamamad Hatta yang berjudul Untuk Negeriku Jilid 1. Buku ini saya pinjam dari seorang adik tingkat di kampus, Rafika Ramli namanya. Ketika baru sampai pada pertengahan buku, saya sudah mulai tertarik untuk membaca kembali Novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari. Sebenarnya saya sudah dua kali menamatkan buku ini. Pertama pada saat SMA untuk keperluan tugas membaca dan yang kedua pada saat novel ini diangkat menjadi sebuah film. Tapi entah mengapa, dua hari yang lalu saya seperti ditarik untuk kembali membacanya. Memang novel ini adalah salah satu favorit saya.
Tadi pagi, di perpustakaan pusat Unhas saya membaca sebuah buku untuk keperluan mata kuliah HAM Internasional. Buku tersebut adalah sebuah buku terjemahan yang berjudul Hak Asasi Manusia: Sejarah, Teori dan prakteknya dalam pergaulan internasional karya Scott Davidson. Saya baru membaca bagian awalnya saja, tentang pengertian-perngertian umum tentang Hak Asasi Manusia. Ketika rehat sejenak itulah saya teringat sebuah buku bagus yang berjudul Dalih Pembunuhan Massal karya John Roosa. Tentu karena buku yang membahas tentang kudeta 1965 dan peristiwa sadis yang menyertainya ini masih ada kaitannya dengan pembahasan Hak Asasi Manusia tadi. Sebenarnya buku ini sudah saya baca, tapi belum khatam. Selain karena buku ini cukup tebal, alasan lain ya, karena itu tadi, cepat bosan.
Entah apa solusi terbaik untuk masalah saya ini. Yang saya lakukan saat ini adalah membawa serta semua buku yang sedang saya baca tersebut setiap ke kampus. Jadi jika ada jeda kuliah dan sedang mood untuk membaca, ya saya pilih saja sesuai selera saat itu. Terasa berat sih. Tapi itulah cara paling efektif menurut saya untuk menamatkan semua bacaan tersebut.
Saat ini, setidaknya saya sedang membaca empat judul buku yang berbeda. Yang pertama adalah buku otobiografi Mohamamad Hatta yang berjudul Untuk Negeriku Jilid 1. Buku ini saya pinjam dari seorang adik tingkat di kampus, Rafika Ramli namanya. Ketika baru sampai pada pertengahan buku, saya sudah mulai tertarik untuk membaca kembali Novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari. Sebenarnya saya sudah dua kali menamatkan buku ini. Pertama pada saat SMA untuk keperluan tugas membaca dan yang kedua pada saat novel ini diangkat menjadi sebuah film. Tapi entah mengapa, dua hari yang lalu saya seperti ditarik untuk kembali membacanya. Memang novel ini adalah salah satu favorit saya.
Tadi pagi, di perpustakaan pusat Unhas saya membaca sebuah buku untuk keperluan mata kuliah HAM Internasional. Buku tersebut adalah sebuah buku terjemahan yang berjudul Hak Asasi Manusia: Sejarah, Teori dan prakteknya dalam pergaulan internasional karya Scott Davidson. Saya baru membaca bagian awalnya saja, tentang pengertian-perngertian umum tentang Hak Asasi Manusia. Ketika rehat sejenak itulah saya teringat sebuah buku bagus yang berjudul Dalih Pembunuhan Massal karya John Roosa. Tentu karena buku yang membahas tentang kudeta 1965 dan peristiwa sadis yang menyertainya ini masih ada kaitannya dengan pembahasan Hak Asasi Manusia tadi. Sebenarnya buku ini sudah saya baca, tapi belum khatam. Selain karena buku ini cukup tebal, alasan lain ya, karena itu tadi, cepat bosan.
Entah apa solusi terbaik untuk masalah saya ini. Yang saya lakukan saat ini adalah membawa serta semua buku yang sedang saya baca tersebut setiap ke kampus. Jadi jika ada jeda kuliah dan sedang mood untuk membaca, ya saya pilih saja sesuai selera saat itu. Terasa berat sih. Tapi itulah cara paling efektif menurut saya untuk menamatkan semua bacaan tersebut.
nanti buku-bukumu itu buatkan mini library...,
BalasHapussiap. eh natsir eh :)
BalasHapus