Rabu, 01 April 2015

Mati Bahagia Cara Semakbelukar


Mungkin Semakbelukar serupa penggalan puisi Chairil Anwar, “Sekali berarti, sudah itu mati”. Grup folk melayu ini menempuh jalan bubar saat musik mereka ramai dibicarakan. Album terakhir mereka, semakbelukar, diapresiasi tinggi dan diakui sebagai salah satu rilisan terbaik tahun 2013 oleh banyak pengamat. Menyusul kemudian penghargaan album terbaik ICEMA 2014 dan album terbaik versi Majalah Tempo pada tahun berikutnya.

Album semakbelukar ini memang istimewa. Bernafaskan musik melayu tradisi dengan bebunyian akordeon, gendang melayu, mandolin dan jimbana. Ia menggebrak di tengah bergairahnya musik folk tanak air. Mengubah pandangan negatif terhadap musik “Metal, Melayu Total” yang ramai satu dekade belakangan ini. “Penuh keserhanaan tanpa berusaha menjadi avant garde”, mengutip Farid Amriansyah ((AUMAN)).

Saya sendiri mendengarkan Semakbelukar secara sepotong-sepotong sejak 2011. Saya baru sempat mendengarkan mereka secara utuh pada awal tahun ini lewat album Terlahir & Terasingkan: Antologi Semakbelukar 2009-2013. Jika album terakhir mereka sebelum bubar berlabel mengagumkan, saya merasa album antologi ini lebih dari itu. Entah apa namanya, yang jelas album yang terdiri dari dua keping CD ini lebih dari sekedar mengagumkan. Magis, emosional, entahlah.

Dibuka dengan lagu-lagu dari album era Belukaria Orkestar yang penuh aura positif. Ada “Salam” sebagai pembuka, seakan mengetuk pintu para pendengar. Lalu “Awal & Akhir” dan “Lebah” yang menunjukkan sisi keislaman dalam budaya Melayu. Juga “Sejuknya Matahari” yang sangat saya sukai liriknya.

CD pertama ini kemudian dilanjutkan dengan komposisi Semakbelukar yang berada di EP Drohaka. EP yang dirilis via netlabel Yes No Wave ini berisi tiga lagu yang menjadi cinta pertama saya pada Semakbelukar; Be(re)ncana, Gita Cempala, dan Malasmarah. Be(re)ncana tersusun dari musik melayu dengan bunyi akordeon yang mengiris dan lirik juara tentang ketidaksempurnaan. Karena sempurna itu hanya sebuah rencana // Karena sempurna itu hanya sebuah bencana. Gita Cempala adalah sebuah enigma yang mengasyikkan bagi saya. Berlirik sastra melayu lama saya rasa. Sedangkan Malasmarah adalah lagu favorit yang liriknya paling sering saya kutip. Rasa marah adalah anugerah untuk kita yang berfikir // Maka marahlah kepada semua hal yang rusak dan merusak // Rasa malas adalah anugerah untuk kita yang berfikir // Maka bermalaslah untuk lakukan semua hal yang tak berguna.

Proyek solo sang vokalis David Hersya juga dimasukkan di album antologi ini. Pada bagian ini kita sangat bisa merasakan metamorfosis musikalitas seorang David Hersya yang kemudian berdampak pada Semakbelukar itu sendiri. Sempat bernuansa Jazz pada “#1” dan “Kemarin, Hari Ini dan Esok”. Lalu sound yang sangat Brit-Rock hadir pada “No Exit”. Dan yang paling mengejutkan adalah track “Out of My Face” yang terdengar punk rock liar. Kemudian hadirlah lagu cover “Renungkalah” yang teduh namun sangat emosional bagi saya. Saya sempat berkaca-kaca pada bagian ini. Lagu ini terasa seperti sebuah pengantar “pertobatan” David Hersya, paling tidak itu yang saya rasakan.

CD kedua album ini adalah rilis ulang EP self-titled yang membawa nama Semakbelukar semakin dikenal pada tahun 2013. Bagi saya bagian yang berisi delapan lagu ini memang dipersiapkan untuk sebuah kematian. Tema putus asa dan sindirin terasa pada lagu pembuka, “Seloka Beruk”. Adat diinjak budaya ternoda // Semenjak beruk menjadi pemimpin. Pada bagian lain, Halal dan haram pun dimakan // berurat berakar darah dicandu. Tema serupa juga terasa pada lagu “Celaka”.

Lain halnya dengan “Kalimat Satu”. Saya merasakan semangat perjuangan pada lirik nomor ini. Biarpun rebah tiada alasan untuk berubah // Biarpun terbuang tiada henti berjuang. Kemudian rasakan keteduhan musik Semakbelukar lewat lagu-lagu berikutnya; “Merujuk Damai”, “Berlayar di Daratan”, “Dendang Lalai”, dan “Pena Tak Bertinta”.

Album ini ditutup dengan lagi perpisahan yang menyenangkan. Lewat “Perlahan Tapi Pasti” Semakbelukar seperti ingin berkata tidak boleh ada kesedihan setelah grup ini tiada. Walaupun pada kenyataannya saya yakin banyak orang yang terharu dan merasa kehilangan. Belum berhenti // sampai saatnya nanti // ketika jiwa dan raga ini kembali pulang // takkan terulang. Lalu dilajutkan dengan Coba lakukan semua dengan ceria // coba lakukan dengan keikhlasan dan dengan rasa cinta // Perkara ini belum seberapa // perlahan kita pasti bisa. Pada bagian ini saya sangat yakin bahwa Semakbelukar mati dengan Bahagia.

Semakbelukar memang sudah tiada. Namun hikayat tentangnya pasti akan bertahan lama. Saya rasa tugas kita adalah terus merawat memori ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar