Rabu, 09 Desember 2015

Mari Memasang Curiga


Ada dua peristiwa penting pada tanggal 9 Desember ini: Hari Peringatan Anti Korupsi Internasional dan Pemilihan Kepala Daerah Langsung (Pilkadal) yang dilaksanakan serentak. Saya kira dua momen dalam sehari ini sangat berhubungan. Apa sebab? Mungkin data-data berikut ini bisa menjelaskannya;

Menurut catatan Kemendagri, hingga 2014 tercatat 343 Kepala Daerah terjerat kasus korupsi. Angka itu setara dengan 86 persen dari seluruh kepala daerah yang ada di seluruh Indonesia. Angka yang sungguh fantastis. Kenyataan lainnya adalah, ternyata Pilkadal 2015 ini menujukkan ada beberapa kontestan yang diduga pernah terlibat kasus bahkan sempat menyandang status terpidana korupsi. Gila!

Memang kenyataan ini sungguh menyedihkan. Jalan reformasi yang memberikan langkah bebas kepada masyarakat untuk memilih pemimpinnya secara langsung malah melahirkan penjahat-penjahat yang semakin canggih. Pilkadal hari ini adalah mesin yang terus memproduksi koruptor-koruptur baru yang semakin keji dan tidak tahu malu.

Lalu apa yang bisa kita lakukan?

Kita masyarakat tentu tidak bisa terlalu jauh untuk mengintervensi  sistem Pilkadal atau cara kerja politik. Hal minimal yang bisa kita lakukan adalah mengintervensi diri kita masing-masing untuk sadar dengan konsekuensi pilihan. Saya salut dengan orang-orang yang memilih menjadi golongan putih karena merasa tidak ada calon yang sesuai denga hati nuraninya. Kita memang harus mendasarkan pilihan kita pada keyakinan kan? Jangan pernah memilih jika tidak ada calon pemimpin yang dirasa dapat mengemban tugas tersebut. Jangan sampai di hari perayaan anti korupsi sedunia ini malah jadi momen lahirnya pemimpin korup.

Hal lainnya saya kira adalah kita harus mulai mengubah cara memperlakukan kepala daerah yang terpilih nantinya. Jika selama ini kita selalu menggantungkan harapan kepada para pemimpin baru, sudah saatnya kita harus memasang rasa curiga kepada mereka. Menggantungkan harapan adalah cara usang untuk berinteraksi dengan dengan para pemimpin. Cara itu terlalu melenakan, baik bagi masyarakat untuk mengawasi juga bagi pemimpin dalam bekerja. Sebaliknya, rasa curiga akan membuat kita selalu mawas diri akan tindak tanduk para pemimpin. Pemimpin akan merasa selalu diawasi. Dengan begitu mereka akan terus berupaya untuk berbuat terbaik dan terus meningkatkan kinerjanya.

Kita tentu sudah muak dengan para Pemberi Harapan Palsu (PHP). Mari mawas diri dengan mulai memasang rasa curiga. Jadi ucapan selamat nanti juga harus berubah. Kalau dulu “Selamat datang pemimpin baru, harapan kami ada padamu” nantinya harus menjadi “Selamat datang para pemimpin baru, awas kami curiga padamu!”

Selamat Hari Anti Korupsi Internasional. Mari menghadang niat jahat koruptor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar