Saya menyesal dari dulu tidak terlalu suka membaca. Banyak hal yang sebenarnya keren tapi belum saya ketahui. Seperti beberapa orang yang sebenarnya keren tapi pada saat bertemu saya belum tahu kalau ternyata mereka keren.
Dalam beberapa kali kesempatan saya sempat mengikuti kegiatan yang dihadiri oleh beberapa orang yang belakangan saya kagumi. Saya menyesal waktu itu tidak memanfaatkan momen. Sebenarnya kan bisa ngobrol bareng. Atau paling tidak minta foto bareng atau tanda tangan. hehehe..
Ignas Kleden
Sudah dua kali saya berada satu ruangan atau lokasi dengan Ignas Kleden. Pertama di Gedung PKP Unhas sekitar September 2010. Waktu itu ada acara "Bicara Tentang Akar Demokrasi Indonesia" yang diadakan oleh FES. Waktu itu sesi beliau bertepatan dengan jam kuliah saya. Jadilah beliau terlewatkan. Saya cuma sempat mendapatkan hard copy makalahnya yang berjudul "Pendiri Republik Mencari Dasar Negara" dari seorang teman.
Sekitar sebulan kemudian saya berjodoh lagi dengan sosiolog ini. Kali ini di tempat yang spesial. Di Museum Satria Mandala Jakarta dalam acara peluncuran buku "4 Serangkai Pendiri Republik." Kali ini Ignas Kleden didapuk menjadi pemakalah mengenai 4 pendiri bangsa: Soekarno, Hatta, Sjahrir dan Tan Malaka. Tulisannya tentang keempat tokoh itu sungguh luar biasa. Walaupun singkat, namun sangat cerdas menurut saya.
Ini pada saat acara peluncuran buku "4 Serangkai Pendiri Bangsa" |
Setelah penyampaian makalah itu, saya dan beberapa orang teman berusaha meminta hard copy makalah yang beliau bawakan tersebut kepada panitia. Tapi sayang sampai hari ini makalah itu belum saya dapatkan. Sungguh sayang.
Frans Magnis Suseno
Saya juga sempat satu ruangan dengan Romo Magnis di Gedung PKP Unhas sekitar September 2010 lalu. Sama dengan Ignas Kleden, Romo Magnis juga menjadi pemateri di acara "Bicara Tentang Akar Demokrasi Indonesia" tersebut. Lagi-lagi karena waktu kuliah bertepatan dengan sesi beliau, jadilah saya tidak menyimak makalah yang keren itu secara keseluruhan. Lebih sialnya lagi saya tidak mendapatkan hard copy makalahnya. Tapi sedikit yang saya ingat dari makalah beliau waktu itu tentang paham anarkisme yang selama ini disalahpahami sebagai kegiatan yang merusak. Anarkisme disamakan dengan vandalisme.
Belakangan saya tahu beliau sebagai budayawan cum penulis buku-buku keren. beliau juga sering dimintai pendapatnya tentang polemik Ahmadiyah dan kekerasan yang berlatarbelakang agama yang kemarin sempat hangat dibicarakan.
Harry Albert Poeze
Harry Poeze juga merupakan salah satu undangan dalam acara peluncuran buku "4 Serangkai Pendiri Republik" di Museum Satria Mandala Jakarta. Sebenarnya saya duduk berdampingan dengan beliau pada acara tersebut. Dan Bodohnya, saya hanya mendiami beliau selama lebih dari 3 jam acara.
Belakangan baru saya tahu, pria paruh baya yang duduk di dekat saya malam itu adalah Harry Poeze. Beliau menghabiskan separuh waktu hidupnya untuk mengenal Tan Malaka, pahlawan Indonesia yang belakangan ini saya kagumi. Paparannya secara rinci tentang riwayat hidup sang revolusioner Indonesia tersebut membawanya meraih gelar Doktor. Dan kabarnya hingga kini beliau masih melanjutkan penelitiannya tentang Tan Malaka. Sungguh sebuah totalitas yang sulit ditandingi.
Maafkan saya Opa Poeze karena belum mengenal anda waktu itu. Kalo ketemu lagi kita foto bareng ya :D
Wendi Putranto
Sekitar akhir bulan maret lalu saya mengikuti sebuah talk show yang sangat keren di kampus saya yang keren pula :D. Talk show itu bernama Rolling Stone Music Biz On Campus. Acara ini keren karena berbicara banyak hal tentang musik, bidang yang memang saya sukai. Tidak hanya itu, pembicara dalam talk show ini juga keren. Ada Aldo Sianturi, mantan manajer Label rekaman independen terkemuka Aksara Record. Juga ada mantan drummer Puppen yang sudah insaf, Marcel Siahaan.
Tapi ada satu hal yang saya sesalkan dari acara yang sungguh keren ini. Ternyata waktu itu saya bertemu dengan wartawan musik Indonesia terkeren, Wendi Putranto. Waktu itu dia menjadi MC sekaligus memaparkan bukunya yang berjudul "Music Biz, Manual Cerdas Menguasai Bisnis Musik." Ternyata dia inilah orang yang tulisannya sering saya baca di Majalah Rolling Stone Indonesia.
Ini dia Wendi waktu di Unhas |
Pelajaran berharga, kalau baca tulisan orang, jangan lupa lihat siapa nama penulisnya. Siapa tahu suatu waktu bisa ketemu. Kan bisa foto bareng.
Trinity
Sebelum membaca Naked Traveler-nya Trinity saya adalah pria dewasa yang masih sangat takut bepergian jauh sendirian. Takut tersesat lah. Takut kehabisan bekal lah. Pokonya macam-macam deh ketakutannya. Sampai saya membaca buku yang juga keren ini, saya menjadi berani pergi ke suatu tempat sendiri. Bahkan belakangan ini saya lebih nyaman kalo kalau jalan sendiri. Gak ada yang nyusahin saya dan tidak ada yang saya susahkan.
Karena kurang kerjaan, awal liburan semester ini saya sempat ke pulau sekitar Kota Makassar sendiri. Naik kapal kayu dan hampir bermalam disana. Hampir malam saya baru pulang menumpang kapal kayu lagi. Berani kan saya.
Awal perkenalan saya dengan Trinity adalah di acara "Makassar Internasional Writers Festival" yang diadakan awal bulan Juli lalu. Dia menjadi pembicara pada sesi Menulis Di Era Media Baru. Seperti yang diketahui, Trinity adalah penulis blog yang membagi kisah perjalanannya di berbagai daerah. Dari kumpulan tulisan di blog itulah dirangkum menjadi buku "The Naked Traveler" yang hingga kini sudah sampai jilid ke-3. Sejak saat itu saya baru mulai membaca tulisan-tulisan Trinity ini.
Dua hal yang saya sesali dalam hal ini adalah mengapa tidak dari dulu saya mengenal Trinity. Dan mengapa saya tidak minta foto bareng waktu bertemu dia. Saya kan iri dengan teman-teman yang sudah punya foto bareng dengang mbak Trinity. sungguh menyesal saya.
Ini Rusdi, salah satu teman yang sudah foto bareng dengan Trinity. |
Satu hal yang ingin saya sampaikan kepada teman-teman yang sudah membuat saya iri: TUNGGU TANGGAL MAINNYA. Jangan iri kalau nanti tiba-tiba kalian melihat foto saya sedang berenang di Derawan atau naik perahu di kanal Venezia bersama Trinity tentunya.
TAPI KAPAAAN..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar