Senin, 15 Juli 2013

Akhir-Akhir Ini...



Jika ada hal yang harus saya kutuki saat ini, tentu saja hal itu adalah kealpaan menuliskan sesuatu hal pun di blog ini dalam kurun waktu dua bulan. Saya merasa seperti orang hilang ketika membukanya lagi beberapa hari yang lalu. Padahal jika diingat-ingat lagi, ada banyak hal menarik yang bisa jadi bahan tulisan di bulan Mei-Juni kemarin. Namun semua itu berlalu begitu saja menjadi ingatan yang sayang untuk dibuang.

Untuk itu, saya ingin mencoba mengingat kembali kejadian remeh-temeh, seperti yang biasa saya lakukan di blog ini. Tentu saja sambil memperbaharui ikrar saya untuk menulis di laman ini, paling tidak sebulan sekali.

Ini dia;

Pendakian perdana

Bukannya ingin ikut-ikutan naik gunung, apalagi trinspirasi film 5 CM yang monumental di adegan g-string-nya itu. Ini murni karena ajakan keroyokan teman-teman angkatan. Walau tidak terlalu serius, latihan fisik tetap saya lakukan selama beberap hari sebelum keberangkatan. Karena ini adalah pendakian perdana dan juga medan yang akan dilalui tidak terlalu berat, saya hanya membawa ransel andalan yang tidak terlalu besar. Isinya pun tak terlalu banyak, cukup beberapa pakaian seadanya juga sebagian persedian kelompok yang saya bawa.

Tiga hari dua malam di Lembah Ramma’ begitu berkesan bagi saya. Tuhan melindungi kami selama pendakian dengan menghadirkan cuaca cerah ceria pada saat perjalanan pergi dan pulang. Kekhawatiran akan cuaca yang sangat dingin tidak terjadi. Kehangatan alam dan keceriaan bersama teman-teman seperjalanan terpaksa membuat saya mengutuki diri sendiri; kenapa pada umur setua ini baru saya menyentuh gunung.

Pendakian ini juga terasa istimewa karena mengakrabkan saya dengan beberapa teman angkatan. Entah kemana saja saya selama tiga tahun ini. Silih berganti nyaris tanpa henti kami bersenang-senang dengan bernyanyi dan saling lempar olok-olokan yang selalu diakhiri dengan tawa lepas. Lelah perjanan tak begitu terasa karena hal tersebut.

Terimakasih kepada Tuhan, alam dan teman-teman baik yang telah menghadirkan pengalaman menyenangkan ini.

Bertemu Idola

Periode Mei-Juni juga menjadi momen untuk bertemu dengan orang-orang yang saya kagumi. Mereka adalah sosok yang mengisi sebagian hidup saya dengan asupan bacaan dan musik yang memang menjadi kegemaran saya.

Diawali dengan kesempatan menonton konser Morfem dan Dialog Dini Hari di Jogjakarta bulan lalu. Konser ini menjadi lebih spesial karena band teman-teman SMA saya, LazyRoom, juga turut berbagi panggung dengan dua grup kesukaan saya itu. Morfem dengan sound dan penampilannya yang selalu bersemangat berpadu dengan Dialog Dini Hari yang lembut dan lirik puitis juaranya. Nah, LazyRoom hadir diantaranya dengan membawakan musik mengawang-awang yang sesekali berteriak. Impian untuk menonton ketiga band tersebut terwujud dalam satu kesempatan. Sungguh anugerah yang patut dikenang.

Kesempatan selanjutnya saya bertemu dengan salah dua penulis favorit saya; Sapardi Djoko Damono dan Agustinus Wibowo. Pertemuan ini juga dalam satu kesempatan yang sama yaitu di Makassar International Writers Festival yang tahun ini memasuki helatan ketiganya. Sapardi adalah alasan saya jatuh cinta dengan Bahasa Indoesia. Bu Ranti, guru sewaktu SMA yang memperkenalkannya kepada saya. hal yang paling saya sukai dari syair-syair Sapardi adalah (lagi-lagi) kesederhaan yang hadir dari perenungan yang mendalam. Karya Sapardi mampu mengambil hati pembacanya dengan mudah. Tak terbatas pada situasional tertentu tapi mampu mengisi sepanjang kehidupan. Abadi.

Agustinus Wibowo lain lagi. Saya menyukainya karena totalitas dalam menyusun sebuah tulisan. Ia yang seorang penulis perjalanan mengandalkan riset yang sangat mendalam dalam menuliskan karyanya. Hal itu sangat mudah kita dapatkan ketika membaca buku-bukunya, mulai dari Selimut Debu sampai yang terbaru Titik Nol. Dari tulisannya kita tak hanya mendapatkan informasi dasar tentang perjalanan tapi sampai pada hal tersembunyi bahkan sesuatu yang tak pernah diungkap sebelumnya.

Terakhir, saya cukup senang katika berbincang-bincang singkat dengan Bangkutaman. Kesempatan ini dihadirkan oleh Kedai Buku Jenny lewat program rutinnya, KBJamming. Wahyu Acum dan Dedik bercerita kepada kami tentang proses produksi sebuah lagu khususnya Ode Untuk Kota yang selaras dengan tema diskusi sore itu, Musik dan Kota. Momen paling berkesan pada kesempatan ini tentu saja ketika lagu Ode Untuk Kota dilantunkan. Secara spontan yang hadir langsung ikut bernanyanyi tanpa aba-aba. Sungguh Minggu sore yang menyenangkan.

Tugas Akhir Mulai Jalan Kembali

Untuk ini saya sulit untuk bercerita banyak. Yang jelas, proses revisi pertama proposal sudah masuk ke pembimbing 1. Mohon doa untuk kelancarannya. Agar tak ada lagi basa-basi klise yang sungguh menjengkelkan: “sudah sarjana?”

Sekian dulu. Oh iya, selamat berpuasa bagi teman-teman yang menjalankan. Tetap saling menghormati. Semoga Tuhan merahmati kita semua.

2 komentar:

  1. Akhirnya menemui postingan kak Opu lagi. pengalamannya seru-seru kak. sering di-update blog-nya. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya. semoga tidak lupa ingatan lagi kayak kemarin :)

      Hapus