Budaya adalah keseluruhan sistem sosial masyarakat yang merupakan cerminan suatu golongan atau bangsa. Seiring dengan masuknya globalisasi pada seluruh aspek kehidupan termasuk budaya telah mengancam eksistensi budaya itu sendiri. Budaya lagu merupakan jalur alternatif untuk meminimalisir efek negatif dari globalisasi. Karena budaya lagu memiliki sejarah yang panjang serta mudah diterima oleh semua lapisan masyarakat. Budaya lagu dalam konsep populer juga menyampaikan pesan dan semangat positif di era globalisasi ini, seperti semangat nasionalisme dan patriotisme.
Budaya adalah keseluruhan sistem sosial masyarakat yang merupakan cerminan suatu golongan atau bangsa. Dari budaya orang bisa melihat karakteristik sebuah bangsa. Pencitraan sebuah bangsa juga dapat dibangun melalui pencitraan budaya. Memang budaya merupakan salah satu aspek penting dalam interaksi pembangunan sebuah bangsa.
Seiring dengan derasnya arus globalisasi, budaya mendapatkan tantangan yang serius untuk terus menjaga eksistensinya. Globalisasi saat ini telah masuk pada sendi-sendi kearifan budaya. Jika efek negatif mulai merasuki budaya, ia akan merusak sitem budaya itu. Hal ini membuat eksistensi budaya itu sendiri menjadi terancam. Jika salah langkah, suatu budaya akan rusak. Dampaknya adalah rusaknya pula karakter dan citra suatu bangsa.
Efek globalisasi telah terlihat nyata di depan kita. Salah satu efek negatif dari globalisasi adalah terkikisnya rasa nasionalisme dan patriotisme. Rasa cinta tanah air dan rela berkorban apapun demi bangsa telah tergantikan oleh budaya-budaya yang dibawa oleh globalisasi. Masyarakat kini lebih nyaman mengaplikasikan budaya-budaya khas globalisasi, seperti hedonisme dan konsumerisme yang serba instan.
Untuk mencegah hal tersebut terjadi lebih jauh pada diri kita dan bangsa kita, dibutuhkan sebuah saluran alternatif untuk menyalurkan rasa nasionalisme. Saluran alternatif ini diharapkan dapat menjadi saluran baru yang bisa menggantika saluran yang telah buntu, akibat dari tersumbat oleh yang namanya “efek negatif globalisasi”.
Budaya Lagu Sebagai Jalur Alternatif Nasionalisme
Salah satu budaya yang sangat populer di kalangan masyarakat adalah lagu. Lagu merupakan gabungan antara hasil dari harmonisasi beberapa bunyi alat musik dengan alunan syair yang bermakna. Lagu biasanya memiliki pesan tertentu yang ingin disampaikan. Menurut Aristoteles (384 SM-322 SM), lagu mempunyai kemapuan mendamaikan jiwa yang gundah, mempunyai terapi yang rekreatif dan munumbuhkan jiwa patriotisme. Memang lagu merupakan suatu alat yang bisa dipakai dalam berbagai hal.
Sejarah perkembangan lagu sudah dimulai sejak zaman nenek moyang kita. Sangat sulit mencari data yang valid tentang kapan lagu itu pertama kali ada. Yang jelas lagu sudah mengakar membudaya pada banyak komunitas masyaralat di seluruh dunia sejak dulu. Di indonesia sendiri, pada zaman dahulu lagu dimainkan pada upacara-upacara adat ataupun keagamaan. Ini menandakan eksistensi budaya lagu di Indonesia sudah cukup berumur.
Indonesia adalah negara yang sangat heterogen dengan suku bangsa yang tersebar di ribuan pulau. Hal tersebut membuat Indonesia kaya akan lagu-lagu. Lagu khas dari tiap-tiap daerah disebut lagu tradisional. Tiap-tiap lagu tradisional memiliki karakteristik masing-masing dan melambangkan kearifan lokal daerah asalnya.
Di tengah derasnya arus globalisasi, budaya lagu diharapkan bisa menjadi salah satu alat untuk bisa membendung laju efek negatif yang ditimbulkan oleh globalisasi. Lagu bisa digunakan untuk menyampaikan berbagai pesan positif kepada yang mendengarkannya, seperti semangat nasionalisme. Pesan yang disampaikan akan mudah sampai kepada yang dituju karena lagu disampaikan dengar cara yang disukai orang banyak.
Lagu memiliki sifat yang universal. Itu sebabnya lagu dengan sangat mudah diterima oleh berbagai kondisi dan lapisan masyarakat. Dengan sifat universal-nya tersebut, lagu juga menyatatukan orang atau kelompok yang berbeda sekalipun. Itulah sebabnya mengapa lagu menjadi harapan besar sebagai saluran alternatif untuk terus mempertahankan eksistensi budaya lokal kita diantaranya rasa nasionalisme dan patriotisme.
Budaya Lagu dan Semangat Perubahan
Lagu sudah digunakan sebagai alat persatuan sejak zaman pendudukan kolonialisme. Lagu-lagu bertemakan nasionalisme dan patriotisme dipakai sebagai pemompa semangat untuk mengusir para penjajah dari bumi Indonesia. Pada kongres pemuda II tanggal 28 Oktober 1928 bukan hanya dicanangkan sebuah pernyataan nasional yang dikenal dengan Sumpah Pemuda, namun dikumandangkan pula lagu “Indonesia Raya” lewat gesekan biola sand penciptanya, Wage Rudolf Soepratman. Lagu yang kemudian menjadi lagu kebangsaan Indonesia saat ini menjadi salah satu pembakar semangat nasionalisme para pemuda dan seluruh rakyat Indonesia untuk bebas dari derita penjajahan. Walaupun sempat dilarang karena tercium oleh Belanda, namun lagu tersebut terus hidup di hati para pejuang kemerdekaan bangsa.
Hingga pada tanggal 17 Agustus 1945, pada saat proklamasi kemerdekaan Indonesia dikumandangkan, lagu yang berjudul “Hari Merdeka (17 Agustus Tahun 1945)” turut mengiringi Sang Saka Merah Putih mencapai puncak tiangnya. Lagu yang diciptakan oleh H. Mutahar ini, diciptakan khusus untuk memperingati hari paling besar bagi bangsa Indonesia. Lagu tersebut semakin menambah rasa cinta tanah air rakyat Indonesia pada saat itu.
Bukan hanya di Indonesia lagu menjadi alat perubahan. Di berbagai belahan dunia, banyak negara yang menjadikan lagu sebagai alat perubahan. Lagu menjadi senjata pembebasan bagi kaum buruh kulit hitam di Jamaika. Lagu juga menjadi alat untuk mewujudkan pluralisme di Amerika Serikat. Dan masih banyak lagi cerita revolusi dari berbagai negara dengan lagu sebagai salah satu senjatanya.
Di Jamaika pada abad ke -16 terjadi kolonialisme oleh negara Spanyol dan Inggris. Lagu raggae dijadikan sebagai penyemangat oleh kaum kulit hitam jamaika untuk bebas dari praktik perbudakan. Hal tersebut baru bisa terwujud sekitar dua abad kemudian. Jamaika berhasil membuat sebuah revolusi dengan diiringi oleh semangat perubahan musik raggae yang memang mengadung filosofis kebebasan di dalamnya.
Di Amerika Serikat, Michael Jackson (1958-2009) muncul sebagai salah satu pahlawan pluralisme antara masyarakat kulit hitam dengan masyarakat kulit putih. Penyanyi yang dikenal dengan julukan “King of Pop” ini mengkampanyekan persamaan dalam besarnya perbedaan. Dia menyanyikan lagu yang sangat menginspirasi banyak orang untuk saling menghargai perbedaan.
Dengan melihat kejadian dan sejarah dari berbagai negara di atas, bisa ditarik sebuah simpulan bahwa betapa lagu membawa sesuatu yang sangat besar bagi perubahan. Lagu dapat mensugesti orang atau kelompok dari keterpurukan untuk kemudian bangkit dan melawan. Lagu membawa pesan-pesan positif seperti pembebasan atau kemerdekaan serta pluralisme.
Budaya Lagu Populer dan Nasionalisme Alternatif Bagi Indonesia
Jika diatas sudah dijelaskan bagaimana lagu menjadi senjata bagi revolusi Indonesia di zaman kolonialisme penjajah. Lalu bagaimana dengan peran budaya lagu di era globalisme sekarang? Apa peran penting budaya lagu dalam upaya mempertahankan rasa nasionalisme dan patriotisme di Indonesia?
Di era globalisasi dengan teknologi dan informasi sebagai muatan utamanya, budaya lagu mengalami perkembangan yang sangat berarti. Muncul budaya lagu baru yang disebut dengan budaya lagu populer. Lagu populer adalah jenis lagu yang bisa diterima oleh semua kuping orang yang ada di seluruh dunia. Lagu populer bersifat universal dan menyampaikan pesan-pesan yang sedang berkembang di masyarakat. Ada beberapa jenis lagu populer, diantaranya: pop, rock, jazz, raggae, dance, dll. Di Indonesia sendiri ada sebuah lagu populer dengan iringan musik khas, hasil kreasi anak bangsa yang diberi nama Dangdut.
Pengikisan rasa nasionalisme akibat dari efek globalisasi bisa sedikit tertolong dengan hadirnya lagu populer dengan tema nasionalisme dan patriotisme. Untung masih ada musisi Indonesia yang memiliki kreatifitas tinggi dan masih peduli dengan keadaan nasionalisme bangsa. Mereka masih mau meluangkan fikiran mereka untuk terus menyalurkan semangat nasionalisme dengan cara mereka sendiri. Kebanyakan diantara musisi ini adalah pemuda pada zamannya. Sehingga mereka bisa menebarkan sedikit semangat nasionalisme di tengah dominasi budaya bawaan globalisasi. Semangat nasionalisme lewat lagu bukan hanya ditunjukkan dengan lagu yang terus menayanjung negara, namun juga lagu yang sifatnya mengkritik pemerintah atas ketidakberesan kerja mereka.
Ada Gombloh yang terkenal dengan lagu penggugah nasionalisme dan patriotisme berjudul “Gebyar-Gebyar”. Lalu ada grup musik Swami yang digawangi oleh legenda hidup musik Indonesia, Iwan Falls, yang mencoba melawan ketiranian rezim Soeharto lewat lagunya yang berjudul “Bongkar”. Belakangan lagu “Bongkar ini menjadi lagu terbaik sepanjang masa versi majalah Rolling Stone Indonesia.
Di era millenium, lagu bertemakan nasionalisme dipelopori oleh grup band Cokelat. Dengan membawakan lagu yang berjudul “Bendera”. Coklat berhasil membangkitkan semangat masyarakat Indonesia khususnya anak muda. Lagu yang merupakan karya Erros ini juga sempat diusulkan untuk menjadi lagu wajib nasional. Penghargaa dari presiden juga telah didapatkan oleh lagu ini.
Perkembangan berikutnya, semakin banyak musisi yang menebarkan nasionalisme lewat lagu. Ada Slank yang meneriakkan anti korupsi lewat lagunya. Lagu mereka juga dimanfaatkan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai salah satu instrumen kampanye anti korupsi di Indonesia. Lalu ada trio Efek Rumah Kaca dengan lagunya yang berjudul “ Menjadi Indonesia”. Lagu ini bercerita tentang semangat untuk bangun dari tidur berkepanjangan dan kembali menjadi besar untuk Indonesia. Lagu ini mengajarkan tentang arti nasionalisme tanpa sok menggurui.
Lalu muncul generasi yang lebih muda, yaitu Netral dengan lagu nasionalisme kentalnya “Garuda di Dadaku”. Lagu yang meminjam melodi lagu tradisonal asal Papua “Apuse” ini memberikan semangat serta rasa bangga yang tinggi sebagai orang Indonesia. Dengan iringan musik metal yang keras, lagu ini semakin membangkitkan rasa optimisme. Lalu ada band remaja Pee Wee Gaskins dengan lagu mereka yang yang berjudul “Dari Mata Sang Garuda”. Lagu ini mengajak untuk tetap bangga dengan apa yang kita punya sekarang. Dengan melodi khas Pee Wee Gaskins yaitu power pop. Mereka sedikit meyindir mereka yang selalu mengeluh dengan keadaan bangsa ini. Terakhir ada sebuah lagu yang berjudul “Rindu Menyatu”. Lagu ini adalah hasil karya dari beberapa grup band atau solois yang termasuk mainstream di ranah musik Indonesia. Lagu ini menyampaikan pesan tentang ajakan persatuan. Sangat disayangkan di tengah-tengah heterogenitas masyarakat Indonesia, perbedaan selalu dibesar-besarkan.
Hal di atas membuktika bahwa para musisi Indonesia yang kebanyakan adalah anak muda punya cara sendiri untuk memaknai arti nasionalisme. Jika dulu Bung Karno beserta para bapak pendiri bangsa (founding father) kita menempuh jalan berperang untuk menunjukkan rasa cinta tanah air mereka, sekarang keadaannya telah berbeda. Setelah merdeka rakyat Indonesua seharusnnya berkarya dalam bidang yang mereka geluti. Nasionalisme tidak harus kaku, seperti mengikutu upacara bendera setiap hari senin atau hari kemerdekaan. Bukan pula selalu memakai produk yang bertemakan Indonesia. Tapi kita bisa menjadi nasionalisme dengan cara kita sendiri.
Di era globalisasi kita tidak bisa menghindari globalisasi melainkan kita hanya bisa meminimalisir efek negatif yang akan timbul akibat dari globalisasi tersebut. Produk globalisasi tidak semuanya “haram” bagi kita. Ada yang bisa dimanfaatkan dari globalisasi untuk dijadikan sebuah hal yang positif. Kita boleh saja mengonsumsi budaya barat dengan style zaman sekarang, namun tanpa mengurangi rasa memiliki dari tiap hal yang bisa kita banggakan tentang Indonesia. Karena dengan sikap bangga tersebut, paling tidak kita jadi punya semacam tolak ukur untuk mengonsumsi budaya yang kita serap.
*Tulisan ini masuk dalam 20 esai terbaik pada Kompetisi Esai Mahasiswa 2010 "Menjadi Indonesia"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar