Sepekan ini Francesco Totti benar-benar harus melepas egonya. Jika dulu ia dimanjakan oleh umpan-umpan yang lantas berbuah gol olehnya, sepekan ini harus berlaku sebaliknya. Ia kembali ke posisi yang pernah ia lakoni semasa AS Roma masih diasuh oleh alenatore Fabio Capello: trequartista. Di dua pertandingan terakhir melawan Chievo di lanjutan liga Italia dan Fiorentina di Copa Italia, Totti harus kembali menjadi pelayan bagi sepasang ujung tombak muda di strategi 4-3-1-2. Posisi khusus untuk Sang Pangeran ini kembali diterapkan setelah taktik tiki-taka ala Barcelona yang didengung-dengungkan oleh Luis Enrique gagal total. AS Roma tak terbiasa dengan permainan cepat dengan sentuhan satu-dua itu. Karena memang AS Roma tak akan pernah menjadi Bacelona. AS Roma dengan Francesco Totti-nya adalah permainan yang pelan namun pasti. Pertahanan mantap. Umpan pendek dan jauh seimbang diperagakan. Sentral permainan ada pada sang trequartista yang rajin menyodorkan through pass kepada dua penyerang. Penyelesaian akhir maksimal. Inilah yang disebut permaianan efektif. Perpaduan antara catenacio dan kick and rush saya rasa. Kalau sudah begitu, siapa lagi yang membutuhkan taka-tiki ala Barcelona itu.
Hasilnya, sukses besar. Chievo dihajar 2-0. Kemenangan ini terasa istimewa karena sepasang gol yang tercipta tercatat atas nama Francesco Totti. Walaupun keduanya tercipta melalui proses penalti namun dua gol ini mengakhiri paceklik gol Sang Pangeran. Empat hari kemudian gantian Fiorentina yang merasakan sangarnya skema 4-3-1-2 ini. Kali ini lebih dahsyat lagi. Roma menang tiga gol tanpa balas berkat gol-gol dari dua serigala muda: Erik Lamela (dua gol) dan Fabio Borini. Lalu dimana peran Totti? pada pertandingan inilah Totti menjalankan tugasnya sebagai sang trequartista. Dialah yang menjadi kreator atas terciptanya sepasang gol dari Lamela. Di pertandingan ini juga Totti menunjukkan kedewasaannya. Ia tidak marah ketika Borini 'memaksakan' untuk mencetak gol sendiri padahal posisi sang kapten sangat terbuka untuk diberi sodoran.
Trequartista atau gelandang serang bukanlah peran baru bagi Totti. Saat Roma meraih scudetto edisi 2000-2001 Totti berperan sangat mantap sebagai pemain dibelakang dua ujung tombak yaitu Gabriel Batistuta dan Vicenzo Montella. Ketiga pemain inilah yang dijuluki sebagai tridente yang menjadi senjata Roma merajai Liga Italia saat itu.
Belakangan kesuksesan Roma yang memakai skema 4-3-1-2 dengan menjadikan seorang trequartista sebagai sentral permainannya ramai-ramai diikuti. Formasi yang diciptakan oleh Fabio Capello ini menjadi tren di kalangan klub-klub Liga Italia lainnya. AC Milan hadir dengan Andrea Pirlo-nya. di Juventus terkadang Alesandro Del Piero dipaksa menlakoni posisi tersebut. Dan Inter Milan mendapuk seorang Wesley Sneijder sebagai andalannya. Namun tak ada yang bisa menjalankan peran sebagai trequartista ini sebaik apa yang telah diperagakan oleh Totti. trequartista yang mampu menjadi penyodor umpan yang baik sekaligus menjadi pemecah kebuntuan ketika para penyerang utama mengalami penjagaan ketat. Ia mampu melaksanakan tugas tersebut dengan sangat baik bahkan diumurnya yang kini telah menginjak 35 tahun.
Teruslah begitu Jagoan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar