|
Bersama Arasy, metalhead Universitas Brawijaya |
Hari pertama pelaksanaan Lingkar Riset Mahasiswa Hukum
Indonesia (LRMHI) di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang, saya sudah
mendapatkan dua ajakan untuk menonton konser musik. Yang pertama datang dari
Pandi, teman SMA yang sekarang sedang berjuang untuk menjadi seorang sarjana di
Kota Malang. Ia mengajak untuk menonton konser band kesayangan kami bersama
yaitu Sheila On 7 yang akan manggung di Universitas Negeri Malang. Ajakan kedua
lebih menggiurkan datang dari Arasy, seorang metalhead asal Gorontalo yang
tersesat di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya. Ia memberi tahu bahwa
Seringai, salah satu unit metal terbaik negeri ini akan hadir menjadi penampil
utama pada event Kickfest Malang 2012 di hari kedua. Tentu saja saya lebih
memilih ajakan yang kedua. Saya terlanjur kesengsem dengan penampilan Seringai
yang pertama kali saya tonton di helatan Rock In Celebes tahun 2011 lalu.
Tapi tentu saja halangan terbesar bagi kami untuk menghadiri
gelaran Kickfest datang dari jadwal acara LRMHI yang tidak memungkinkan kami untuk
kemana-mana. Siang hari saya sudah membuat sebuah permufakatan jahat dengan
Arasy: Kami akan kabur dari tempat acara untuk hadir di arena moshing Kickfest
Malang. Namun apa nyana, Kami batal datang ke Konser Seringai. Saya masih sibuk
untuk mendampingi peserta pada sebuah diskusi. Sedangkang Arasy dihimbau untuk
tidak pergi kemana-mana, karena divisinya masih bertanggung jawab atas
berlangsungnya acara. Ah, sungguh sayang.
Setelah batal ke Kickfest dihari kedua saya malah kembali
mendapat ajakan untuk kesana dihari selanjutnya oleh dua orang teman dekat
semasa SMA. Untung saja malam itu seluruh rangkaian kegiatan LRMHI telah usai. Setelah
makan malam bersama dan sudah memastikan bahwa penginapan kami untuk dua malam
kedepan telah aman, saya, Pandi dan Septian langsung bergegas ke arena Kickfest
Malang yang berlangsung di Lapangan Rampal. Sesampainya disana kami langsung
menuju both Starcross yang sudah dibanjiri oleh para Sheila Gank (sebutan untuk
para fans Sheila On 7). Saya tidak terlalu lama di both itu. Tujuan saya ke
KickFest adalah untuk mencari sebuah tas selempang kecil untuk memudahkan
perjalanan selama di Malang dan juga untuk bekal KKN nanti. Saya mendapatkan
tas tesebut di both Screamous, tentu dengan harga miring.
Hanya sekitar dua jam disana, kami pun beranjak untuk
mencari makan. Bersama beberapa mbak-mbak Sheila Gank, kami memilih Nasi Goreng
Gandrung untuk dijajal di tengah malam
itu. Konon nasi goreng tersebut telah menjadi waralaba yang sudah memiliki
cabang di berbagai daerah. Saya yang belum tahu apa-apa tentang Nasi Goreng
Gandrung memilih aman saja. Saya dan Septian memilih Nasi Goreng Gandrung,
sedangkan yang lain memilih varian lainnya. Overall nasi goreng ini enak. Rasanya
serba pas dengan lidah saya. Lagipula harganya cukup murah meriah, hanya Tujuh
Ribu Rupiah untuk sepiring Nasi Goreng Gandrung. Dan yang paling mengenakkan,
Nasi Goreng Gandrung plus Jus Jeruk malam itu ditraktir oleh mbak-mbak Sheila
Gank yang saya lupa namanya. Aduh, maafkan saya mbak. Maafkan saya.
Selepas dari Warung Nasi Goreng Gandrung, Septian langsung
mengantar saya ke penginapan. Pukul 11 malam saya sudah terlalu mengantuk untuk
diajak berkeliling Kota Malang. Sebenarnya masih ada beberapa destinasi tengah
malam yang ingin diperlihatkan oleh Pandi dan Septian. Namun apa daya tenaganya
tak sampai. Maka berakhir pula pertemuan kami di malam itu. Terimakasih kepada
Pandi dan Septian yang sudah menjamu saya. Kapan-kapan kalian yang harus ke Makassar.
Senin (04/06/2012), sehari sebelum kembali ke Makassar
kami (Saya, Nur dan Rinanti) menyempatkan diri untuk mengunjungi Kota Wisata
Batu. Berbekal kenekatan dan bertanya sana-sani, akhirnya sampai juga kami di
Jatim Park II. Lokasi wisata ini berjarak 45 menit perjalanan dari Kota
Malang. Udara sejuk langsung menyapa kami ketika turun dari angkot. Udara di
Kota Batu ini mirip-mirip lah dengan Malino. Hanya saja Kota ini betul-betul
didesain untuk menjadi kota wisata. Infrastruktur wisata kota ini cukup
mengagumkan. Di Jatim Park II saja terdapat Batu Secret Zoo yang nyaman, Museum
Satwa yang mengingatkan saya dengan film Night at The Museum dan juga
penginapan unik berbentuk pohon raksasa bernama Pohon Inn.
Tempat pertama yang kami jajal adalah Batu Secret Zoo.
Tempat ini begitu nyaman. Memadukan kebun binatang, cafe dan resto juga wahana
permainan keluarga. Kebun binatang yang biasanya memiliki kesan kotor dan tidak
terawat sama sekali tak terlihat di tempat ini. Bagi saya, yang paling
menyenangkan dari tempat ini adalah saya bisa melihat hewan-hewan yang belum
pernah saya lihat secara langsung sebelumnya dengan penataan kandang yang enak dipandang. Hewan-hewan yang sering muncul
di film-film kartun juga banyak terdapat
disini. Pokoknya Batu Secret Zoo ini sangat saya rekomendasikan bagi yang akan
berkunjung ke Kota Malang.
Perjalanan kami berlanjut di Museum Satwa. Museum ini
dirancang secara apik dan benar-benar “bertaraf internasional.” Dari luar
bentuk bangunannya dirancang dengan gaya eropa kuno. Ketika masuk, kita
langsung disambut dengan rangka hewan raksasa Dinosaurus yang gagah. Rangka
dinosaurus inilah yang mengingatkan saya dengan film Night at The Museum. Tidak
hanya itu, diorama hewan-hewan yang telah diawetkan pun sangat menarik untuk
disimak disini. Hanya satu jam saja kami di tempat ini. Waktu terlalu banyak
kami habiskan di Batu Secret Zoo. Malam sudah hampir datang. Itu berarti
perjalanan kami akan berlanjut ke Batu Night Sensation (BNS).
Hari sudah malam ketika kami sampai di BNS. Kami sempat
terkecoh oleh seorang anak kecil yang mengatakan jarak antara Jatim Park II
dengan BNS itu dekat saja. Ternyata perkiraan anak itu benar, sangat dekat
untuk ukuran dia yang sering berjalan kaki sepertinya. Sedangkan bagi kami,
jarak yang sepertinya sejauh lebih dari 1 kilometer itu sungguh berat. Apalagi sudah
seharian ini kami berjalan mengelilingi Jatim Park II. Dengan sisa-sisa tenaga
akhirnya sampai juga kami di BNS yang sudah ramai dibicarakan itu. Setelah membayar
tiket masuk seharga sepuluh ribu rupiah per orang, kami pun siap menjelajah
berbagai wahana permainan disana. Tapi ternyata semangat kami telah habis
diperjalanan tadi. saya sudah terlanjur tidak berselera menghabiskan teriakan
suara di beberapa wahana yang terlihat menantang. Rinanti juga sudah cukup syok
setelah diguncang wahana Tsunami di Batu Secret Zoo tadi. Jadilah kami hanya
bermain di satu wahana yang tentram saat dimainkan, yaitu Sepeda Terbang. Dengan
wahana ini kita bisa melihat keindahan Kota Batu dan Malang dari ketinggian.
|
Rinanti dan Nur di depan Batu Secret Zoo |
|
Bercengkrama dengan burung-burung cantik |
|
Raja Singa :D |
|
Museum Satwa yang megah |
Setelah menikmati Keindahan Kota Batu dan Malang dengan
Sepeda Terbang, kami langsung beranjak menuju toko oleh-oleh yang berada
dibagian luar BNS. Disana kami memilih penganan khas Kota Malang untuk dibawa
pulang sebagai buah tangan untuk teman-teman di Makassar. Setelah dirasa cukup,
langsung saja kami menuju terminal terdekat untuk selanjutnya kembali ke
Malang. Untung saja masih ada angkot menuju Kota Malang di Pukul 9 malam itu. Sebelum
pukul 10 kami sudah tiba di penginapan. Setelah santap malam, kami langsung
terlelap karena esok hari akan menuju Surabaya untuk selanjutnya kembali ke
Makassar.
Selasa (05/06/2012), hangat matahari Makassar sudah kembali
kami rasakan. Benar kata Rinanti pada saat konferensi di Universitas Brawijaya,
“Malang memang sejuk, tapi kami tetap harus kembali kepada hangatnya Makassar.”
Perjalanan 4 hari kami benar-benar baru akan sempurna ketika sudah kembali ke
rumah.
Hal pertama yang harus saya lakukan sesaat sampai di asrama
adalah mencongkel pintu kamar. Ternyata oh ternyata kunci kamar saya tertinggal
di penginapan di Malang bersama sebuah celana denim pendek dan, cangcut cuk. Mama
yora...