Minggu, 11 Desember 2011

10 Desember

Dunia merayakan Hari Hak Asasi Manusia tanggal 10 Desember hari ini. Tapi lebih dari itu, 10 Desember berarti ganda buat saya. Tepat setahun yang lalu, saya mendapat hidayah untuk ngeblog kembali. Blog ini lahir pada 10 Desember 2010, tepat setahun yang lalu. Selain itu, ada hal istimewa yang hampir terlupakan. Ternyata 10 Desember adalah hari lahir adik laki-laki pertama saya. Celakanya saya baru tersadar dini hari tadi, saat membuka Facebook. Apapun itu, saya bersyukur karena masih diingatkan, walaupun melalui situs jejaring sosial yang hampir saya tinggalkan tersebut.

Untuk merayakan dua hal istimewa tersebut, saya akan ceritakan satu-satu disini.

Seperti yang saya tulis pada postingan perdana setahun yang lalu, komitmen untuk kembali ngeblog lah yang menjadi orang tua dari lahirnya blog ini. Jujur saja saya iri. Saya iri kepada teman-teman yang punya blog dan menulis apapun yang  disuka pada blog mereka. Menurut saya mereka keren. Dan karena saya juga ingin terlihat keren akhirnya saya kembali ngeblog dan berjanji untuk tidak meninggalkannya lagi. Sebelumnya saya pernah punya blog. Tapi saya belum serius waktu itu.

Sepanjang setahun ini sebenarnya saya tidak rajin-rajin amat mem-posting. Hanya sekitar 90-an postingan yang saya hasilkan. itupun sebagiannya hanya berupa postingan yang sangat singkat dalam bentuk quotes atau pun foto-foto yang saya suka. Itu karena rutinitas sebagai mahasiswa yang menyita waktu paling banyak saya tahun-tahun ini. Jadilah postingan yang terbit adalah postingan yang tanpa melalui perencanaan. Semuanya spontan, keinginan pada saat itu saja. Karena itu jadilah postingan yang apa adanya. Namun semoga tidak 4L4Y ya. Hehehe...

Untuk itu, doakan lah agar blog ini memposting lebih banyak lagi di tahun-tahun berikutnya. Dan semoga postingannya lebih bermutu lagi.

***

Dini hari tadi saya tiba-tiba terbangun. 3.15 terlihat di jam alarm saya. Selepas dari kamar kecil saya tak tahu lagi mau melakukan apa. Mata saya sudah terlanjur tidak mau tertutup lagi. Akhirnya saya putuskan untuk membuka notebook dan mengaktifkan wifi. Saat membuka akun Facebook dan saya menemukan bahwa adik laki-laki kedua saya hari ini berulang tahun. Sebelumnya memang saya tidak pernah menghafal secara detail tanggal ulang tahun adik-adik saya. Tapi sepertinya hari ini Tuhan telah mengatur itu semua.

Wahyullah nama adik saya itu. Seperti anak laki-laki bugis kebanyakan ia lebih akrab dengan panggilan Aco. Aco adalah anak ketiga dalam keluarga saya. Saya adalah anak paling tua dalam keluarga. Selain itu saya memiliki satu adik perempuan sebagai anak kedua dan lelaki jagoan sebagai anak bungsu. Saat lahir Aco sangat dimanja. Hal itu berlaku sampai kini. Bukan iri tapi saya merasa memang ia mendapat perlakuan khusus, terutama dari bapak. Alasannya, Aco lahir pada saat bapak mendapatkan pekerjaan yang lebih baik lagi. Waktu itu tahun 1994.

Tahun lalu terakahir saya bertemu dengan adik saya ini. Waktu itu saya pulang ke Kota Tarakan saat libur semester. Waktu itu ia telah kelas tiga SMP dan tubuhnya telah lebih tinggi dari saya. Saya memanfaatkan dia untuk menemani berkeliling melihat wajah Kota Tarakan, yang perasaan terlalu cepat berubah. Ia telah memasuki masa pencarian jati diri waktu itu. Mulai memakai skinny dan kaos distro. Mulai memasang lagu-lagu keras khas anak Tarakan di ponselnya. Dan sepertinya ia sudah mulai mencoba-coba untuk merokok. Sejujurnya saya tidak suka kalau ia merokok.

Tapi tentu ada hal yang bisa dibanggakan dari dirinya. Di dalam rumah, saya melihat sebuah piala yang terpajang disebuah lemari. Dan piala tersebut atas namanya. Ternyata baru-baru saja Aco menjadi juara turnamen bulutangkis antar antar kecamatan pada acara tujuh belasan. Aco juga telah terdaftar di sebuah klub bulungkis. Disana ia rutin latihan.

Untuk urusan akademik Aco cukup baik. Saat itu ia bersokolah di SMP terfavorit di Kota Tarakan. Ia mengikuti jejak kakaknya ini. Saya adalah alumni sekolah tersebut dan sempat menjadi pengurus OSIS selama dua tahun. Saya sangat akrab dengan guru-guru di sekolah tersebut. Karena hal itu, Aco merasa tidak nyaman. Karena oleh guru-guru disana ia selalu dihubung-hubungkan dengan saya.

Sekarang Aco telah SMA. Kabar yang saya dapat dari Mamak, ia tidak diterima di SMA Negeri dan harus masuk SMA swasta. Kata Mamak, ia semakin nakal dan sangat suka keluar rumah. Saya sempat menghubungi Aco melalui telepon. Saya menanyakan perihal resahnya mamak atas kelakuannya akhir-akhir ini. Waktu itu ia memberikan konfirmasi bahwa sebenarnya tidak berubah. Dia masih seperti yang dulu. Masih rajin ke sekolah tanpa pernah bolos. Ia mengangap nasibnya yang bersekolah di SMA swasta hanya soal takdir. belum tentu anak-anak yang diterima di SMA unggulan tersebut lebih pintar dari dirinya. Saya hanya bisa tersenyum mendengar alasannya tersebut.

Tapi apapun itu, yang patut saya syukuri adalah Aco masih mau sekolah. Walaupun bukan di sekolah yang diinginkan mamak. Semoga ia masih mau terus melanjutkan studinya setelah lulus SMA nanti. Untuk saat ini hanya doa yang bisa saya kirimkan kepada Aco. Tapi berencana mengirimkannya sesuatu. Sesuatu yang semoga bisa lebih menyemangatkannya dan menemukan jati diri.

Selamat ulang tahun Aco. Sehat selalu. Baik-baik disana. Salam buat Mamak, Bapak, Uli dan Kandi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar